REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan mahasiswa dan mahasiswi pascasarjana Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta mengikuti pelatihan jurnalistik bersama Republika Akademi di kampus IIQ Jakarta, Tangerang pada Sabtu (26/10). Mereka ingin memiliki kemampuan menulis di media massa agar bisa mengembangkan dakwah melalui tulisan.
Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta, Azizan Fitriana, mengatakan keahlian menulis untuk media massa harus dimiliki oleh para akademisi dari IIQ. Supaya para akademis bisa semakin menyebarluaskan dakwahnya lewat tulisan.
"Media untuk dakwah sekarang banyak, yang paling efektif dakwah melalui tulisan di media massa apalagi di media massa online," kata Azizan kepada Republika di kampus IIQ Jakarta, Sabtu (26/10).
Ia mengungkapkan, meski pelajaran menulis telah diajarkan sejak sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Tapi buktinya mahasiswa dan mahasiswi pascasarjana belum nampak yang karya tulisnya muncul di media lokal dan nasional.
Mungkin mereka bisa menulis hanya saja kalah oleh orang-orang yang mengetahui teknik menulis untuk media massa. Karena itu IIQ menyelenggarakan pelatihan jurnalistik supaya para akademisi bisa membanjiri media massa dengan tulisan yang bermanfaat.
"Kita akan terus mendorong agar banyak tulisan yang muncul (dari para akademisi di IIQ) supaya bisa mengisi media internal dan syukur kalau tulisannya bisa dipublikasikan Republika dan media massa nasional lainnya," ujarnya.
Azizan mengaku mendapat tambahan ilmu setelah mengikuti pelatihan jurnalistik yang dibawakan Redaktur Pelaksana Harian Republika, Subroto. Dia menyampaikan telah mendapatkan gambaran tentang struktur dan gaya tulisan untuk membuat opini, kolom, resonansi dan hikmah.
Peserta pelatihan jurnalistik, Indra Marzuki, mengaku setelah mengikuti pelatihan merasa telah bertambah pengetahuannya tentang jurnalistik. Setelah ikut pelatihan diketahui ternyata di dalam dunia jurnalistik tidak semua tulisan adalah berita, tapi ada juga kolom, opini dan di Republika ada hikmah.
Mahasiswa program doktor di IIQ Jakarta yang juga dosen IIQ ini menilai pelatihan jurnalistik yang dibawakan Akademi Republika kurang lama. "Kalau bisa pelatihan jurnalistik satu hari penuh karena banyak sekali hal yang bisa dibahas jika berkaitan dengan jurnalistik," ujarnya.
Menurut Indra, hasil kajian ilmiah para akademisi mengandung informasi yang sangat penting. Maka akademisi harus bisa mengemasnya dalam bentuk tulisan yang menarik sehingga bisa dibaca dan dipahami dengan mudah oleh banyak orang.
Ia mengatakan, dengan memiliki kemampuan menulis di media massa, maka bisa menyampaikan ilmu yang dimiliki para akademisi dengan bahasa yang mudah dipahami publik. Sehingga para akademisi di IIQ Jakarta semakin bisa menyebarluaskan dakwahnya lewat tulisan.
"Saya bisa katakan banyak orang pintar hanya saja retorika penyampaiannya tidak menarik sehingga orang tidak bisa mencerna atau memahami apa yang disampaikan orang-orang pandai itu," jelasnya.
Ketua Pelaksana Pelatihan Jurnalistik di IIQ Jakarta, Faizah Ali Syibromalisi, menyampaikan pelatihan jurnalistik yang dibawakan Republika sangat bagus sekali. Dia berharap dapat melaksanakan pelatihan jurnalistik bersama Republika di IIQ Jakarta secara rutin.
Ia menyampaikan, pelatihan jurnalistik ini sebagai upaya IIQ meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa dan mahasiswi. Menurutnya, banyak orang-orang yang memiliki potensi tapi tidak tahu cara menulis untuk di media massa.
"Mudah-mudahan melalui pelatihan jurnalistik ini mereka bisa menggali potensi diri merek sehingga bisa menghasilkan tulisan yang dibutuhkan institut dan masyarakat, kita tahu tulisan itu besar pengaruhnya untuk menginspirasi masyarakat," ujarnya.
Faizah menegaskan bahwa tulisan tidak lekang oleh panas dan hujan, sehingga ilmu-ilmu yang didapat dari IIQ bisa disampaikan ke masyarakat melalui tulisan. Jika para akademisi memiliki kemampuan menulis di media massa maka dakwahnya bisa lebih menyebar luas lewat tulisan.
Menurutnya, mahasiswa dan mahasiswi pascasarjana IIQ Jakarta berpotensi untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama kepada masyarakat luas melalui tulisan. Sebab banyak pelajaran yang bisa diambil dari sikap yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya, tapi pelajaran itu belum semuanya sampai ke masyarakat.