Jumat 01 Nov 2019 17:39 WIB

Limbah Onggok Bisa Dijadikan Panel Akustik

Hampir semua suara yang datang teredam dalam panel akustik tersebut.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
  Mahasiswa FMIPA Universitas Gadjah Mada saat menunjukkan panel akustik yang berbahan dasar limbah onggok.
Foto: Dokumen.
Mahasiswa FMIPA Universitas Gadjah Mada saat menunjukkan panel akustik yang berbahan dasar limbah onggok.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sukses mengolah limbah onggok menjadi panel akustik. Padahal, hasil olahan tepung pohon aren itu selama ini kurang begitu banyak dimanfaatkan.

Inovasi ini berhasil pula mengantarkan Ardhi Kamal Haq dan tim selaku pengembangnya meraih medali emas di 2nd World Innovation Technology Expo (Wintex) 2019. Acara itu digelar di TMII 9-12 Oktober 2019 lalu.

Ardhi mengungkapkan, ide mengolah limbah onggok ini bermula dari keprihatinannya akan persoalan limbah onggok yang dihasilkan UMKM. Sebab, limbah-limbah itu telah melebihi batas standar dari aturan.

Salah satunya yang terjadi kepada UMKM yang ada di Dusun Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tiap UMKM hasilkan 600-700 kilogram limbah onggok per hari.

"Limbah onggok sebanyak itu jika dibiarkan begitu saja akan mencemari lingkungan di sekitar industri UMKM," kata Ardhi, di Laboratorium Fisika Material FMIPA UGM.

Kondisi itu mendorong Ardi dan tiga teman fakultasnya, Said Ahmad, Muhammmad Dwiki Destian Susilo, dan Pamela Chanifah Zahro, mencari solusi untuk mengurai permasalahan limbah onggok tersebut.

Di bawah bimbingan Mitrayana mereka mulai melakukan riset pemanfaatan limbah onggok menjadi panel akustik sejak September 2018. Panel yang dikembangkan mereka berbahan utama serat fiber limbah onggok.

Untuk memperoleh panel akustik ini limbah onggok dikeringkan di bawah sinar matahari terlebih dulu. Lalu, dilakukan pemisahan antara serat fiber dengan serbuk onggok, dan perekatnya menggunakan tepung kanji.

Kemudian, limbah serat dicampur perekat lalu dicetak dan ditekan dalam tekanan 1.000 psi agar adonan lebih padat. Selanjutnya, dipanaskan dalam oven selama dua jam dalam suhu 100 derajat celcius.

"Hasilnya diperoleh prototipe panel akustik dengan dimensi 29,7 x 42 centimeter," ujar Pamela.

Diwiki menambahkan, panel akustik mampu menyerap suara dengan baik dengan penyerapan suara yang datang mencapai 95 persen. Artinya, hampir semua suara yang datang teredam dalam panel akustik tersebut.

Pembuatan panel akustik oleh keempat mahasiswa UGM ini tidak hanya mampu mengatasi persoalan pencemaran lingkungan akibat limbah onggok. Namun, memberi alternatif panel akustik yang ramah lingkungan.

Sebab, panel akustik yang banyak beredar di pasaran masih memakai bahan sintetis berupa busa dan styrofoam. Dwiki berharap, panel akustik ini mampu mengurangi limbah onggok yang ada.

"Sekaligus, menggantikan panel akustik yang beredar di pasaran dengan bahan yang ramah lingkungan," kata Dwiki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement