REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Hutan Wisata Jurang Jero di merupakan salah satu taman nasional di lereng Gunung Merapi. Ini merupakan satu obyek wisata baru yang mulai tereksplorasi dan sedang dilakukan pembangunan besar oleh Kementerian KLHK dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi.
Walau banyak potensi yang dapat digali dari hutan wisata ini, tingkat pendidikan pemuda sekitar Hutan Wisata Jurang Jero ini masih rendah. Malah, rata-rata pendidikan mereka cuma SMP, dan sedikit pemuda yang dapat melanjutkan pendidikan mereka sampai perguruan tinggi.
Kondisi itu membuat ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka sangat kurang terasah. Banyak pengangguran, tidak memiliki pekerjaan tetap, serabutan, dan banyak jadi buruh tani ataupun buruh tukang di proyek-proyek bangunan dengan penghasilan yang tentu terbatas.
Melihat itu, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berinisiatif meberdayakan mereka. Ada Maulidah Nurul Kamaliyah, Annisa Salsabila dan Kiki Kristanti (Bahasa Perancis), Budi Prabowo (Teknik Sipil dan Perencanaan), serta Sri Wahyuningsih (IPA).
Mereka mengadakan serangkaian kegiatan sebagai bekal dan meningkatkan kearifan lokal serta budaya yang dapat dihidupkan kepada pengembangan selanjutnya. Menurut Maulidah, warga sekitar Hutan Wisata Jurang Jero membutuhkan pemahaman meningkatkan kualitas untuk melestarikan hutan.
"Terlebih, hutan ini akan memiliki wajah baru sebagai wisata, sehingga akan sangat membutuhkan pengorganisasian dalam hal pemberdayaan pemuda sekitar agar dapat menjadi produktif dan berkembang untuk jangka waktu yang panjang," kata Maulidah.
Ia berharap, desa ini mampu melestarikan hutan agar tidak ikut-ikut tereksploitasi wisatawan maupun mereka yang menyalahgunakan fungsi hutan dan mampu memegang erat kearifan lokal. Kegiatan dilakukan di Dusun Pule, Desa Tegalrandu, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Program ini merupakan pemberdayaan pemuda yang merupakan anggota karang taruna, berwujud workshop dan outbond," ujar Annisa. Ia menerangkan, workshop terkait hutan wisata melalui penyuluhan tentang potensi, kondisi, dan masalah yang ada di hutan wisata.
Selain tentang hutan, workshop ini membahas tentang kearifan lokal karena Dusun Pule merupakan salah satu akses utama menuju ke hutan wisata. Untuk itu, workshop dirasa penting demi memunculkan lagi kearifan-kearifan lokal yang mulai pudar.
Sedangkan, outbond diadakan agar pemuda mengamati dan berdiskusi mengenai keadaan hutan, permasalahan hutan dan solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Kegiatan ini dilakukan mulai dari Dusun Pule sampai hutan wisata. Kegiatan yang berhasil meraih dana Dikti dalam PKM Bidang Pengabdian Masyarakat 2019 itu diharap merangsang pemuda untuk membuat program-program terkait pelestarian hutan.