REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua profesor baru di bidang entomologi dan ekologi, serta manajemen dan rekayasa sumber daya air. Penambahan ini mengantarkan UB sebagai kampus yang mampu menghasilkan 252 profesor secara keseluruhan.
Profesor pertama, yakni Amin Setyo Leksono dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pada proses pengukuhan gelar ini, Amin memberikan orasi ilmiah di Gedung Widyaloka, UB, beberapa waktu lalu. Orasi ilmiahnya berjudul "Peran Komunitas Arthropoda dalam Pengelolaan Agroekosistem dengan Pemberdayaan Potensi Lokal".
Profesor ekologi pertama di FMIPA UB ini menjelaskan arthropoda merupakan komponen biologi yang memiliki peran penting dalam agroekosistem. Arthropoda memiliki banyak peranan di antaranya sebagai musuh alami hama dan penyerbuk. "Lalu berperan sebagai pengurai dan bioindikator," kata Amin.
Untuk meningkatkan peran Arthropoda, Amin melakukan inovasi kombinasi. Antara lain, teknologi rekayasa habitat dan pupuk pestisida hayati cair. Inovasi Amin tersebut menggunakan dan memanfaatkan potensi lokal.
Menurut Amin, rekayasa habitat dilakukan dengan menanam jenis tumbuhan refugia. Tanaman ini sebagian merupakan tumbuhan liar. Beberapa di antaranya seperti, babandotan, kenikir, marigold, bawangan.
"Sebagian lain adalah tumbuhan budidaya seperti kacang panjang, gambas, cabai, dan tomat," tambah Amin.
Tumbuhan refugia biasanya ditanam di tepi kebun atau di pematang sawah. Oleh sebab itu, Amin melakukan rekayasa habitat di tempat tersebut. Dia melakukan inovasinya dengan menerapkan berupa ajir tunggal dan ganda.
Selain melakukan rekayasa habitat, Amin juga melakukan inovasi dengan membuat pupuk pestisida hayati cair. Pupuk ini berasal dari bahan alami lokal seperti empon-empon, gadung dan buah maja. Lalu dicampur dengan air cucian beras, air kelapa, gula dan terasi.
Inovasi Amin setidaknya menunjukkan peningkatan kelimpahan dan keragaman Arthropoda sebagai musuh alami hama. Kemudian meningkatkan kualitas tanah dan produk lahan budidaya.
Desain rakayasa habitat dengan ajir tunggal disukai oleh kumbang kubah, kupu-kupu dan capung. Sementara desain ganda lebih diminati semut, kumbang kubah dan laba-laba. "Adanya ajir ganda menyebabkan laba-laba mudah membuat jaring untuk menangkap mangsa," tambahnya.
Sementara profesor kedua, yakni Pitojo Tri Juwono dari Fakultas Teknik (FT) UB. Profesor ke-14 di FT lebih menekankan penelitiannya tentang sumber daya air di calon ibu kota negara baru, Kalimantan Timur (Kaltim). Orasi ilmiahnya ini turut disaksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Men-PUPR), Basuki Hadimuljono.
Di orasi ilmiahnya, Pitojo menekankan perlunya manajemen dan rekayasa sumber daya air yang komprehensif di Kaltim. Hal ini diungkapkan agar ketersediaan air baku terjamin di masa mendatang. Pemerintah harus mampu menyeimbangkan neraca air antara ketersediaan dan kebutuhan air baku di Kaltim.
Menurut Pitojo, penyediaan air baku dalam jumlah besar bisa dilakukan dengan upaya menampung. Tekniknya dengan membangun waduk atau bendungan. "Akan tetapi pembangunan bendungan membutuhkan waktu dan proses, mulai dari kajian kelayakan, perencanaan dan pembangunan," jelasnya.
Pitojo menyarankan, pemerintah agar bisa menyusun timeline dalam pengelolaan air bersih di Kaltim. Hal ini dapat dimulai dari program-program kegiatan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Kemudian tahapan distribusi, pilihan teknologi dan lainnya.