REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sudah sangat berlimpah. Meskipun hal ini merupakan kabar bagus bagi dunia industri sebagai penyerap tenaga kerja, namun hal ini juga berarti semakin tingginya persaingan memperebutkan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk membekali diri dengan pengetahuan serta kemampuan praktis.
"Saat lulus nanti tidak lagi ditanya soal berapa IPK (Indeks Prestasi Kumulatif-red) kamu, tetapi apa kontribusi kamu buat perusahaan," ujar Widyaswara Ahli Muda Bidang Litbang BKKBN DIY, Rahmat Hidayat, dalam acara Sharing Session 'Ilmu Komunikasi dan Aktualisasinya dalam Dunia Kerja' di Yogyakarta, Jumat (15/11).
Oleh karena itu, tutur Rahmat, penting bagi mahasiswa untuk membuat penelitian yang bisa memiliki manfaat langsung bagi lingkungan sekitar. "Sehingga nantinya tesis kita tidak hanya akan menjadi koleksi perpustakaan, namun bisa menjadi solusi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat," ujar Rahmat.
Selain itu, mahasiswa juga dituntut pintar membuat jejaring, sehingga ketika lulus tidak hanya berbekal kemampuan akademis semata. "Sekadar lulus tanpa adanya jejaring tentunya membuat kemampuan seseorang dinilai tidak lengkap," kata alumnus Magister Ilmu Komunikasi UGM tersebut.
Selaras dengan pendapat Rahmat, Kepala Prodi Magister Ilmu Komunikasi UGM, Novi Kurnia, juga menyatakan pentingnya mahasiswa dibekali kemampuan praktis. "Acara-acara seperti ini menjadi ajang recharge supaya mahasiswa tidak hanya mendapatkan kemampuan akademis dari kampus, namun juga pengetahuan dari para praktisi," kata Novi.
Selain itu, menurut Novi, ajang 'Sharing Session' juga menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk bertemu dengan para alumni. "Karena selama ini durasi kuliah mahasiswa program S2 kan relatif singkat sehingga waktu untuk bertemu alumni sangat terbatas," ujar Novi.
'Sharing Session' kali ini merupakan agenda kali kedua yang digelar Program Magister Ilmu Komunikasi UGM setelah pertama kali digelar tahun lalu. Selain menghadirkan Rahmat, acara tersebut juga menghadirkan satu alumnus lainnya sebagai pemateri, yaitu Social Media Strategist AYO Media Network, Mellyssa Widyastuti.
Usai gelaran 'Sharing Session', acara dilanjutkan dengan agenda Forum Group Discussion (FGD) Pembentukan Ikatan Alumni Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM. Ide pembentukan ikatan alumni ini sudah muncul sejak tahun lalu. Sayang, hingga saat ini pembentukan ikatan alumni tersebut belum terealisasikan. "Semoga tahun ini bisa terwujud," kata Novi.
Prodi Magister Ilmu Komunikasi UGM sejauh ini telah berjalan selama 11 tahun, tepatnya sejak 2008 silam. Hingga tahun 2019 ini, salah satu prodi favorit di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM ini telah menghasilkan lulusan sebanyak 559 orang.