Jumat 15 Nov 2019 18:07 WIB

Manfaatkan Tempurung Kelapa, Inovasi UB Raih 3 Penghargaan

novasi ini memanfaatkan energi listrik dari graphene

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya (UB) Andika Harahap berhasil  mendapatkan tiga penghargaan dunia di ajang BIXPO (Energy Transition & Digital Transformation) pada awal November lalu di Korea Selatan.
Foto: Dok Pribadi
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya (UB) Andika Harahap berhasil  mendapatkan tiga penghargaan dunia di ajang BIXPO (Energy Transition & Digital Transformation) pada awal November lalu di Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya (UB) Andika Harahap berhasil menorehkan prestasi di kancah dunia. Berkat inovasi teknologinya, pria asal Aceh ini mampu mendapatkan tiga penghargaan dunia di ajang BIXPO (Energy Transition & Digital Transformation) pada awal November lalu di Korea Selatan.

Inovasi yang berhasil membawa Andika dalam kemenangan internasional, yakni alat Catter Pillar Hydro.  Menurut Andika, teknologi ini berupa boks pendingin dan pemanas yang mudah dibawa dalam satu waktu. "Inovasi ini memanfaatkan energi listrik dari graphene," ujar Andika kepada Republika, Jumat (15/11).

Graphene merupakan bahan yang dapat dengan cepat meningkatkan transfer elektron kecepatan. Bahan ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa. Menurut Andika, bagian ini memiliki ukuran satu juta kali lebih tipis dari rambut manusia, tapi berkekuatan 200 kali lebih kuat dari baja.

Andika menjelaskan, ide inovasinya tidak lepas dari masalah yang dialami masyarakat di kehidupan sehari-hari. Banyak orang memerlukan tempat penyimpanan layak untuk makanan dan minuman. Hal ini berarti masyarakat butuh mesin pendingin sekaligus pemanas.

Sebagian besar masyarakat menggunakan mesin pendingin dalam bentuk lemari es. Namun kulkas konvensional memiliki beberapa kelemahan. Selain berat dan besar, kulkas juga tidak mudah dibawa kemana-mana.

Selain itu, kulkas dapat menyerap daya listrik sangat tinggi. Beberapa dari lemari es juga ditemukan masih menggunakan Chloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai refrigeran. Padahal zat ini dapat merusak lapisan ozon sehingga memicu pemanasan global.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Andika pun menghadirkan Catter Pillar Hydro. Menurutnya, mesin ini dapat digunakan sebagai pemanas dan pendingin yang mudah dibawa. Tidak terlalu berpolusi, kontrol suhu otomasi, dan memiliki sumber listrik independen dari sel surya dan TEG (Thermoelectric Generator).

"Eco friendly juga karena memanfaatkan karbon aktif tempurung kelapa yang dijadikan sebagai grephene," tambah dia.

Andika berharap, teknologinya dapat direalisasikan dan dimanfaatkan oleh khalayak luas masyarakat Indonesia. Ia juga berpesan supaya generasi bangsa dapat terus berjuang dan menebar manfaat ke seluruh penjuru dunia. Tidak boleh berkecil hati apalagi membatasi diri untuk membangun sebuah karya dan memperluas relasi.

"Sejatinya hidup jikalau tidak meninggalkan karya, maka peradaban hidup tidak akan pernah terbaca dan menghilang sirna dimakan usia," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement