REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo resmi dicanangkan menjadi kampus sehat pada Jumat (29/11). Peluncuran dan pencanangan kampus sehat ini dilakukan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono didampingi Rektor UNS Jamal Wiwoho di Halaman Gedung Rektorat UNS.
Rektor UNS, Jamal Wiwoho mengatakan pencanangan UNS sebagai kampus sehat merupakan tindak lanjut kerja sama antara UNS dengan Kementerian Kesehatan RI. Menurutnya, UNS sudah banyak mencanangkan kegiatan kaitannya sebagai kampus sehat.
Program tersebut bernama CERDIK yang merupakan kependekan dari cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup dan kelola stres.
"Jadi cek kesehatan akan dilakukan secara rutin untuk pimpinan dan calon pimpinan UNS, kemudian tidak ada lagi asap rokok di UNS apalagi di dalam kantor, kemudian rajin aktivitas fisik ini sudah kita lakukan tiap hari Jumat dengan senam bersama, diet seimbang artinya snack yang ada di UNS diperbanyak buah dan sayur, istirahat cukup dan kelola stres," terang Jamal kepada wartawan di acara tersebut.
Program enyahkan asap rokok sudah diterapkan di Fakultas Kedokteran UNS yang menerapkan kawasan tanpa rokok. Nantinya, program tersebut akan dikembangkan lagi secara meluas di lingkungan UNS. Namun, Jamal menyatakan rencana itu tidak mudah dan perlu dilakukan secara bertahap.
"Ke depan kami memberikan sebuah peringatan utamanya kantin-kantin yang ada di kampus UNS, agar secara perlahan-lahan mengurangi perokok di kampus," imbuh Rektor.
Sementara itu, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Anung Sugihantono, mengatakan perguruan tinggi sebagai wadah pendidikan generasi muda, tempat berkumpulnya calon pemimpin bangsa dan otoritas berada di tangan rektor. Sehingga ketika rektor membuat kebijakan, maka efeknya akan lebih mudah mengena pada semua civitas akademika.
"Saya berharap UNS akan menjadi contoh perguruan tinggi lain di Jawa Tengah. Ini bukan sekadar pencanangan tapi inisiasi perubahan perilaku, setiap saat kami akan melakukan pemantauan, tiga bulan ke depan kami ke sini apa yang perlu disupport," papar Anung.
Anung menambahkan, pengelolaan stres salah satunya dengan kesenian dan melakukan aktivitas fisik bersama-sama seperti senam pagi. Sedangkan, dari sisi diet, Kemenkes mendorong konsumsi makanan sehat tidak hanya yang disajikan oleh kampus tetapi juga oleh masyarakat sekitar kampus. Kantin dikelola menjadi kantin yang mengedepankan prinsip-prinsip makanan sehat, seperti lebih banyak rebusan, sayur kuah, dan bahan-bahan lokal.
Di samping itu, kampus didorong untuk mulai belajar mengurangi sampah. Rektor diminta untuk mendorong civitas akademika membawa botol minum sendiri saat membeli minuman di kantin kampus. Cara lainnya, kantin memberikan potongan harga bagi pembeli yang membawa botol minum sendiri saat membeli minuman.
Terkait kawasan tanpa rokok, Anung menyatakan bisa dimulai secara bertahap. "Tempat merokok mulai dibatasi, tidak semua tempat. Kita membuat kawasan tanpa rokok, setelah itu baru dilarang. Perlu waktu untuk perubahan perilaku," ujarnya.
Pada 1998, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkenalkan konsep Health Promoting University sebagai salah satu upaya promosi kesehatan berbasis lingkungan yang menerapkan pendekatan sosio-ekologis. Melihat manfaat konsep tersebut, Kementerian Kesehatan membuat terobosan untuk optimalisasi pencegahan dan pengendalian penyakit pada kelompok usia produktif di lingkungan perguruan tinggi yang disebut dengan Program Kampus Sehat.
Program kampus sehat menjadi upaya sistematis dan menyeluruh dalam mewujudkan perguruan tinggi sebagai suatu lembaga yang mengintegrasikan kesehatan melalui kegiatan operasional sehari-hari, administrasi pengelolaan dan mandat akademis.
Program tersebut sebagai perwujudan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) melalui edukasi gaya hidup sehat, deteksi dini, dan intervensi yang terintegrasi dengan pengaturan lingkungan yang sehat. Sehingga diharapkan prevalensi penyakit dan faktor risikonya di lingkungan kampus dapat di turunkan.
"Program Kampus Sehat diharapkan dapat menggerakan sektor pendidikan untuk berperan aktif dalam mewujudkan Indonesia sehat dengan terlibat langsung dalam upaya-upaya promotif, dan preventif,di lingkungan perguruan tinggi," ucap Anung.
Perguruan tinggi diharapkan memiliki kebijakan untuk mendukung terbentuknya lingkungan yang bersih, sehat dan aman. Caranya dengan memiliki sistem pengelolaan sampah dan limbah yang baik, sarana dan prasarana yang memenuhi standar keamanan, kesehatan dan ramah disabilitas terdapat kantin sehat yang menyajikan menu sehat yang bervariasi.
Perguruan tinggi juga didorong membentuk peraturan rektor tentang kawasan tanpa rokok, alkohol, dan napza, serta kawasan bebas kekerasan. Selain itu, adanya upaya deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM) dan kesehatan jiwa yang dilakukan secara rutin dan berkala. Selanjutnya, menggiatkan aktivitas fisik melalui penjadwalan senam secara rutin.
Saat ini Program Kampus Sehat baru dilaksanakan di empat perguruan tinggi, yakni Universitas Indonesia, Universitas Andalas, UNS, Majelis PP Dikti Muhamadiyah (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Pengembangan program dilakukan dalam beberapa tahapan yang mencakup Audiensi, Penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MOU) dan Perjanjajian Kerja Sama (PKS), orientasi, peluncuran program/sosialisasi dan monitoring/evaluasi.
Pada 2020, program Kampus Sehat akan diperluas ke sejumlah kampus lainnya untuk menambah evidences dalam menyusun Program Kampus Sehat yang akan dijadikan program nasional. Selanjutnya akan ditawarkan ke Kemendikbud sebagai salah satu penilaian akreditasi Perguruan Tinggi.