REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Universitas program Magister Ilmu Komputer (S2) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB), Wahyu Teja berhasil menciptakan teknologi baru untuk mengefisiensikan pembuatan batik. Ciptaannya ini diberinama Augmented Reality Batik (AR Batik).
Pria yang disapa Teja ini menjelaskan, ide pembuatan AR Batik pada dasarnya terinspirasi dari total waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tradisional. "Tahapan membatik adalah yang paling banyak memakan waktu," ujar Wahyu, Jumat (29/11).
Menurut Teja, proses pembuatan batik yang lama berasal dari satu tahapan. Antara lain di sesi pembuatan pola batik yang berulang. Tahapan ini biasanya mengharuskan para pembatik menggunakan pensil yang kemudian ditindas dengan lilin.
Selain itu, tahap penggambaran pola batik juga acap menjadi tantangan bagi para pembatik. Sebab, tahapan ini sangat rawan terjadi kesalahan penggambaran. Oleh sebab itu, para pembatik pun harus fokus dan berhati-hati dalam hal ini.
Melihat masalah tersebut, Teja pun menciptakan teknologi AR Batik sebagai solusinya. Penelitiannya ini sekaligus menjadi bahan tesisnya di bawah dua bimbingan dosen FILKOM UB. Dosen-dosen tersebut antara lain Herman Tolle dan Ahmad Afif Supianto.
Menurut Teja, AR Batik memanfaatkan teknologi Augmented Reality berbasis Marker. Itu artinya karya Teja mampu menampilkan motif batik digital. Hal ini dapat terjadi ketika dihadapkan pada kain yang telah diberi penanda titik khusus.
Dengan cara demikian, Teja menilai, pembatik tidak perlu menggambar motif batik dengan pensil terlebih dulu pada kain. Sebab, motif batik bisa langsung ditampilkan pada permukaan kain oleh aplikasi. Menurutnya, hal ini dapat mengurangi waktu pada tahap pembuatan pola.
"Sehingga proses produksi batik secara keseluruhan dapat lebih efektif dan efisien," jelas Teja.
Pada dasarnya, kata Teja, teknologi AR bertujuan agar bisa leluasa berinteraksi dengan obyek digital secara alami. Apalagi, AR merupakan teknologi yang mampu memasukkan konten digital ke dunia nyata. Oleh karena itu, pengguna bisa merasakan konten digital dan dunia nyata bersamaan dalam satu waktu melalui panca inderanya.
Sebelumnya, Teja mengaku, penelitiannya telah diujicobakan pada produsen batik. Lebih tepatnya di Anjani Batik Galery, Kota Batu, Jawa Timur. Produsen ini dipilih karena sudah banyak memperoleh penghargaan di bidang batik tulis.
"Dan setiap bulannya mampu memproduksi lebih dari 200 potong kain batik, dengan peminat dari dalam dan luar negeri," tambahnya.
Berdasarkan uji coba tersebut, Teja mengungkapkan, teknologi AR Batik mampu mempercepat proses produksi batik tulis. Proses ini bisa dilalui dalam waktu sekitar 8,93 menit untuk selembar kain batik. Sementara metode tradisional bisa mencapai 45,21 menit pada umumnya.
"Itu artinya, AR Batik mampu menghemat 80,24 persen waktu dalam proses pembuatan batik jika dibanding menggunakan cara tradisional," kata Teja.