REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darodjat menyambut baik wacana sistem program studi (prodi) daring. Menurutnya, dengan sistem tersebut, seorang mahasiswa tak perlu meninggalkan daerahnya untuk berkuliah.
"Mereka (mahasiswa) bisa kuliah dengan sistem daring sehingga tidak perlu meninggalkan domisilinya dan tidak perlu ongkos transportasi," ujar Ojat lewat pesan singkat, Selasa (3/12).
Dengan sistem prodi daring tentunya akan lebih menghemat biaya pengeluaran dari mahasiswa. Kegiatan belajar-mengajar dapat dilakukan di rumah tanpa perlu ke kampus.
"Biayanya lebih terjangkau, sebab kuliah dengan sistem daring ini sangat ekonomis dibandingkan perguruan tinggi lain yang menggunakan sistem yang biasa," ujar Ojat.
Selain itu, sistem tersebut tentunya akan membuat mahasiswa lebih adaptif dengan kemajuan zaman. Hal seperti ini dinilainya sudah diterapkan di banyak perguruan tinggi luar negeri.
"Ini menandakan generasi saat ini harus sudah familiar dengan belajar secara daring," ujar Ojat.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemendikbud Ali Ghufron Mukti mengungkapkan ada sejumlah hal yang dapat menghambat sistem prodi daring ini. Salah satunya adalah sumber daya manusianya, baik dari si pengajar atau mahasiswanya.
"Dosennya juga harus siap, perguruan tingginya harus siap, pemiliknya harus siap, kan perlu investasi juga. Saat ini belum banyak yang mengantisipasi," ujar Ghufron.
Meski begitu, ia meminta pengelola perguruan tinggi untuk secara bertahap menerapkan sistem daring dalam proses belajar. Sebab, itu merupakan salah satu upaya beradaptasi dengan kemajuan zaman.
“Saya berharap semakin banyak perguruan tinggi di Tanah Air dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Ghufron.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong perguruan tinggi di Indonesia segera menerapkan sistem program studi (prodi) daring. Dengan begitu, mahasiswa tetap dapat belajar tanpa perlu datang ke kampus.