REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah dosen Universitas Brawijaya (UB) memberikan bantuan peningkatan produktivitas ternak sapi perah di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Kegiatan yang dilakukan
Kuswati, Tri Eko Susilorini, Profesor Trinil Susilawati dan Ahmad Fauzi ini merupakan rangkaian dari program Doktor Mengabdi.
Dosen Universitas Brawijaya (UB) lakukan pemberdayaan masyarakat kepada peternak sapi perah di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
Ketua Tim, Kuswati mengatakan, populasi ternak sapi perah di Desa Krisik mencapai 95 persen. Hal ini berarti setiap harinya menghasilkan sekitar 12.000 liter susu segar. Namun peternak memiliki kendala dengan produktivitas ternak seperti persediaan makanan di kala musim kemarau.
"Dan limbah yang melimpah," kata Kuswati.
Untuk meningkatkan produktivitas ternak, Kuswati melakukan kolaborasi dengan dosen peternakan dan kedokteran hewan. Mereka memberikan pelatihan tentang Inseminasi Buatan (IB) dan kesehatan indukan.
Metode IB dinilai dapat memperbaiki mutu genetik dan mencegah kemajiran (mandul). Kemudian juga dapat mencegah penularan penyakit reproduksi.
Upaya peningkatan kesehatan induk juga dibutuhkan untuk mengurangi kematian anak sapi (pedet). Sebab, pedet yang baru lahir rentan terhadap berbagai penyakit. Oleh karena itu, perlu diberikan perawatan intensif.
Adapun cara perawatannya dengan menjaga kebersihan kandang. Lalu mengandangkan pedet bersama induknya minimal hingga 40 hari setelah lahir. Selanjutnya, memberi pakan bernutrisi tinggi bagi induk dan anak, serta persediaan air minum.
Di sisi lain, kawasan Desa Krisik dikenal memiiki limbah perkebunan dan pertanian yang melimpah ruah dan belum termanfaatkan. Padahal limbah yang berasal dari bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, jagung, dan ongok dapat dijadikan sebagai konsentrat. Sebab, limbah-limbah tersebut memiliki kandungan protein.
Sementara limbah tebon jagung, tebon padi, dan rumput gajah dapat diolah sebagai silase. Silase berarti jenis pakan berkadar air tinggi dari hasil fermentasi. Pakan ini dapat menjaga kesegaran hijauan sebagai cadangan makanan di kala musim kemarau.
"Dan limbah dari kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas dan pupuk kompos," ucap dia.
Pelatihan pengolahan limbah menjadi salah satu materi yang disosialisasikan kepada peternak. Untuk memudahkan pemberian pakan maupun pengolahan silase, para dosen UB memberikan hibah sebuah mesin copper hijauan.
Kuswati berpendapat, peternakan di Desa Krisik memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Jika peternak mampu menerapkan program-program tersebut, maka otomatis akan menambah penghasilan untuk meningkatkan perekonomian.
"Harapan ke depannya Desa Krisik memiliki pabrik pakan ternak sendiri yang dapat dikomersilkan," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (5/12).