REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kini memiliki dua guru besar di Fakultas Farmasi. Kedua guru besar tersebut yakni Muhtadi dan Muhammad Da'i. Muhtadi menjadi profesor di bidang Biologi Farmasi, sedangkan Muhammad Da'i menjadi profesor di bidang Ilmu Farmasi, Sabtu (7/12).
Dalam sidang senat terbuka pengukuhan guru besar tersebut, Muhtadi membacakan pidato pengukuhan berjudul Peran Kekayaan Hayati sebagai Sumber Ilmu Kimia, Agen Fitoterapi, dan Harta Kekayaan Bangsa yang Terpendam. Muhtadi menyatakan kimia bahan alam sumbernya banyak sekali tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Kekayaan hayati Indonesia meliputi 10 persen tumbuhan berbunga dunia, 12 persen jumlah spesies hewan, 16 persen reptile dan ampibi, 17 persen spesies burung dan 25 persen spesies ikan di dunia ada di Indonesia.
Sebanyak 12 ribu spesies dari 47 ribu spesies fungi di dunia ada di Indonesia, dan bahkan 250 ribu spesies serangga dari 750 ribu spesies di dunia ada di Indonesia. Hutan tropis Indonesia dilaporkan memiliki lebih dari 25 ribu spesies tumbuhan yang ada di dunia.
"Pemanfaatan hutan tropis di Indonesia, selama ini masih bersifat konvensional, yaitu sekadar untuk sumber kayu bahan bangunan atau meubel, ramuan jamu yang dikelola secara tradisional, yang lebih besar memanfaatkan hutan tanpa pertimbangan rasional dengan pembalakan hutan untuk pembukaan lahan sawit, pemukiman atau pertanian" kata dia.
Salah satu tumbuhan endemik Indonesia, yaitu dari family tumbuhan jenis Meranti (Dipterocarpaceae). Kajian ilmu kimia menunjukkan kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan famili Dipterocarpaceae sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian terhadap empat spesies Dipterocarpus telah berhasil diisolasi 31 senyawa yang memiliki keragaman sebanyak 14 senyawa. Senyawa-senyawa ini meliputi sembilan senyawa golongan oligomer resveratrol, tiga senyawa fenolik dari kelompok lain serta dua senyawa triterpenoid.
Dia mengatakan nilai pasar global untuk obat-obatan yang diperoleh dari sumber daya genetis diperkirakan 75 ribu-150 ribu juta dolar AS per tahun. Nilai total tahunan dari sektor yang terkait dengan perdagangan benih di seluruh dunia mencapai 45 miliar dolar AS, sedangkan total keluaran dari agro-ekosistem dunia mencapai nilai setara 1,3 triliun dolar AS setiap tahun.
"Dalam industri farmasi tercatat 45 macam obat penting yang berasal dari tumbuhan obat tropika dan 14 jenis diantaranya berasal dari Indonesia. Dalam hal pemanfaatan langsung obat tradisional berupa jamu, Indonesia menghasilkan pendapatan ekspor sebesar 113 juta dolar AS per tahun," imbuhnya.
Keanekaragaman hayati memiliki nilai biologis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup di alam semesta. Tumbuhan memiliki kemampuan menyerap karbondioksida untuk proses fotosintesis dan menghasilkan gas oksigen (O2) dan energi yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernapasan serta menghasilkan zat organik, misal buah, biji, dan umbi-umbian sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup lain.
Di dalam hutan terdapat beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang mempunyai sifat unggul. Maka dari itu, hutan dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah atau sumber gen yang unggul. Hutan hujan tropis mempunyai nilai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan di bumi, karena dapat berfungsi sebagai paru-paru dunia dan dapat berperan menjaga keseimbangan suhu global, yaitu menjaga suhu dan kelembapan udara.
Nilai potensi keanekaragaman hayati lainnya yakni pada setiap 0,2 hektare hutan tropis di Indonesia memiliki keragaman spesies sebanyak 200-240 jenis. Pengalaman Muhtadi dalam melakukan penelitian dan untuk menyelesaikan disertasi S3 dibutuhkan empat spesies tumbuhan Dipterocarpaceae, berarti untuk luasan 0,2 hektare hutan lebih dari 50 disertasi per doktor yang dapat dihasilkan dari kajian keragaman hayati sebagai sumber ilmu pengetahuan dan nilai potensi SDM.