Kamis 06 Feb 2020 18:51 WIB

700 Profesi di Dunia akan Hilang, Ini Profesi Baru yang Baru

Akan ada pekerjaan baru yang sebelumnya belum muncul.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
700 Profesi di Dunia akan Hilang, Ini Profesi Baru yang Baru. Foto: Wanita karier
Foto: Republika/Musiron
700 Profesi di Dunia akan Hilang, Ini Profesi Baru yang Baru. Foto: Wanita karier

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pendidikan tinggi dari Bank Dunia, Jamil Salmi mengatakan di era teknologi perguruan tinggi harus siap dengan apa saja yang mungkin terjadi. Termasuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang dan bagaimana program studi yang perlu disiapkan.

Ia mengatakan, akan ada sekitar 700 profesi di dunia yang hilang. Namun, ada pekerjaan baru lainnya yang dibutuhkan. Hal ini, kata Jamil harus disiapkan dengan dibukanya program studi yang juga sesuai dengan keadaan zaman.

Baca Juga

Jamil mencontohkan beberapa pekerjaan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Di antaranya adalah pengembang aplikasi, manajer media sosial, analis big data, dan operator drone.

Program studi yang tepat bukanlah satu-satunya hal yang dibutuhkan agar sumber daya manusia (SDM) Indonesia berkualitas. Pembelajaran yang diberikan juga berpengaruh pada kualitas lulusan perguruan tinggi nantinya.

"Perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan para mahasiswa untuk menciptakan, bereksperimen, berpikir di luar biasanya, membuat kesalahan, melanggar aturan yang terlalu mengekang, mengambil kesempatan, dan merasa senang," kata Jamil, saat memberikan paparannya di Kantor Kemendikbud, Kamis (6/2).

Di abad ke-21, beberapa kompetensi juga harus dimiliki oleh masyarakat global. Kemampuan dasar seperti literasi, kemampuan menghitung, pengetahuan akan ilmu sains, pengetahuan finansial masih tetap dibutuhkan.

Selain kemampuan dasar, masyarakat global di abad ke-21 juga harus memiliki kompetensi untuk memecahkan tantangan yang lebih kompleks. "Mahasiswa membutuhkan pemikiran yang kritis dan memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi," kata Jamil.

Ia melanjutkan, selain memiliki kemampuan dasar dan kompetensi memecahkan masalah, masyarakat global ke depannya juga harus memiliki karakter yang berkualitas. SDM yang unggul harus memiliki rasa penasaran, inisiatif, mampu beradaptasi, jiwa kepemimpinan, dan kepekaan terhadap sosial.

Kemampuan-kemampuan tersebut harus diberikan kepada mahasiswa. Oleh sebab itu, pengalaman di luar kampus juga harus diberikan agar mahasiswa siap menghadapi dunia global di abad ke-21.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam mengatakan masa depan sangat sulit untuk diprediksi. Oleh sebab itu, agar lebih mudah untuk menghadapinya, Indonesia harus membuat masa depan itu sendiri.

"Yang paling baik adalah menciptakan hari esok. Kalau kita menciptakan masa depan, kita akan bisa memprediksi masa depan tersebut," kata Nizam.

Ia mencontohkan, orang di masa lalu tidak akan mengira bahwa 20 tahun yang akan datang, yakni masa kini, kehidupan manusia akan sangat bergantung dengan telepon genggam. Ia juga tidak menampik temuan bahwa ada 700 pekerjaan yang terancam hilang.

Beberapa waktu yang lalu, Kemendikbud telah mengeluarkan paket program untuk pendidikan tinggi bernama Kampus Merdeka. Nizam mengatakan program tersebut sejalan dengan yang dipaparkan oleh Jamil khususnya dalam menghadapi tantangan di abad ke-21.

Ke depannya, kata Nizam, perguruan tinggi harus memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar di ruang terbuka. Ia mengatakan, ruang untuk mahasiswa mendapatkan ilmu dan kompetensi tidak cukup diperoleh hanya di dalam ruang kelas.

"Kesiapan kita menghadapi masa depan itu ada dimana-mana. Di co-working space, di ruang virtual, di desa, di saat ketika kita melakukan aktivitas sosial. Itu semua bagian dari learning space kita. maka, harus kita buka untuk anak cucu kita menghadapi masa depan yang tidak pasti," kata dia lagi.

Ke depannya, ia tidak ingin perguruan tinggi terpaku pada satu cara mengajar kepada para mahasiswa. Sebab, sebenarnya ada banyak cara agar mahasiswa mendapatkan kompetensi yang mereka butuhkan untuk bertahan di dunia setelah kuliah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement