REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengizinkan salah satu perguruan tinggi dari Australia, yakni Monash University untuk mendirikan kampusnya di Indonesia. Keputusan ini sebagai bentuk hasil dari Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Jamal Wiwoho menilai hadirnya universitas dari luar negeri ke Indonesia adalah hal yang wajar di era globalisasi. Dia menegaskan, perguruan tinggi di Indonesia tidak boleh hanya menjadi sekadar pengikut ketika ada perguruan tinggi asing yang hadir.
Menurut dia, hadirnya perguruan tinggi asing harus bisa memberi manfaat terhadap perguruan tinggi yang ada di dalam negeri. "Kita tidak boleh dan tidak hanya sekadar menjadi follower atas hadirnya perguruan tinggi asing di Indonesia," kata Jamal saat dihubungi Republika, Kamis (13/2).
Jamal menambahkan, dibangunnya kampus luar negeri di Indonesia juga sudah disiapkan oleh pemerintah jauh-jauh hari sebelumnya. Ia mengatakan, di negara-negara tetangga juga sudah banyak yang memiliki perguruan tinggi kelas dunia dari Eropa atau Amerika.
"Di luar negeri juga banyak, misalnya saja perguruan tinggi yang pusatnya di Inggris, itu ada di Singapura. Ada di beberapa negara begitu. Ini hal yang wajar saja," kata dia lagi.
Terkait dengan peluang ekosistem riset di Indonesia, Jamal berharap, ke depannya bisa meningkat. Perguruan tinggi asing yang hadir di Indonesia memang seharusnya membangun kemitraan dengan perguruan tinggi lokal.
"Kalau di kita kan model yang dikembangkan bagaimana perguruan tinggi asing ada kolaborasi dengan perguruan tinggi kita. Ini yang kita kembangkan," kata dia.
Kolaborasi yang dilakukan antara perguruan tinggi asing dan lokal bisa melalui berbagai macam sisi. Kolaborasi tersebut bisa terkait dengan rektor masing-masing perguruan tinggi, dari segi risetnya, dosen, atau publikasinya.
Selain itu, mahasiswa masing-masing universitas juga bisa bertukar pengalaman melalui berbagai program kolaborasi. Jamal juga tidak menutup kemungkinan soal kolaborasi di bidang laboratorium dan sarana pra sarana yang dimiliki.
Ke depannya, ia berharap hadirnya perguruan tinggi asing di Indonesia bisa meningkatakan kualitas pendidikan tinggi dalam negeri. "Kalau kita bermitra dengan perguruan tinggi yang bagus harapannya kan kita harus menjadi lebih bagus. Katanya kalau kamu jadi orang, jadilah orang yang dekat dengan penjual minyak wangi, minimal kita dapat wanginya," kata dia.
Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria berpendapat, hadirnya perguruan tinggi asing di Indonesia dapat membuka peluang untuk mendongkrak kerja sama riset dan pendidikan. Ia menilai, kehadiran perguruan tinggi asing di dalam negeri juga bisa mengurangi masyarakat yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pendidikan.
"Sebaiknya mereka (perguruan tinggi asing) bisa bermitra dengan perguruan tinggi nasional secara lebih intensif," kata Arif.
Ke depannya, ia berharap bisa melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi asing yang didirikan di Indonesia. "Bisa soal credit transfer, bahkan juga joint degree," kata dia menjelaskan.