Ahad 13 Feb 2022 17:14 WIB

Peneliti Kaji Eceng Gondok dan Kulit Jeruk Bisa Jadi Bahan Baku Obat

Industri farmasi Indonesia masih bergantung pada impor pasokan bahan baku obat

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Warga menggunakan jasa perahu penyeberangan saat menyeberangi sungai yang dipenuhi tanaman eceng gondok. Sebuah penelitian kolaborasi dilakukan oleh lima Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Para dosen tersebut kini berupaya melaksanakan penelitian ekstraksi eceng gondok dan kulit jeruk untuk bahan baku obat. (ilustrasi).
Foto: Antara/Arnas Padda
Warga menggunakan jasa perahu penyeberangan saat menyeberangi sungai yang dipenuhi tanaman eceng gondok. Sebuah penelitian kolaborasi dilakukan oleh lima Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Para dosen tersebut kini berupaya melaksanakan penelitian ekstraksi eceng gondok dan kulit jeruk untuk bahan baku obat. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebuah penelitian kolaborasi dilakukan oleh lima Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Para dosen tersebut kini berupaya melaksanakan penelitian ekstraksi eceng gondok dan kulit jeruk untuk bahan baku obat.

Salah satu penggagasnya yakni Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uswatun Chasanah. Proposal penelitian yang ia gagas bersama rekan-rekannya berhasil lolos tahap pendanaan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Muhammadiyah Aisyiyah (APTFMA). Seleksi pemberian hibah tersebut melibatkan seluruh Universitas Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Indonesia.

Baca Juga

Perempuan yang akrab disapa Ina menjelaskan, industri farmasi Indonesia sampai saat ini masih bergantung pada impor pasokan bahan baku obat dari luar negeri. Kurang lebih ada sekitar 90 persen bahan baku pembuatan obat tablet bukan berasal dari dalam negeri. "Maka Indonesia perlu segera mengembangkan bahan-bahan yang berpotensi menjadi bahan baku pembuatan obat," ungkapnya.

Jika penelitian eceng gondok dan kulit jeruk ini mendapat hasil yang bagus, kedua bahan tersebut tentu dapat membuat harga-harga obat menjadi lebih murah. Hal ini karena harga kedua bahan baku obat tersebut relatif tidak mahal ketimbang bahan impor dari luar  negeri.

Menurut Ina, eceng gondok dan kulit jeruk dipilih karena mengandung serat selulosa dan tinggi akan kandungan antioksidan. Keduanya juga dapat memiliki pertumbuhan yang cepat dan cukup mudah didapatkan. Kelebihan ini dinilai dapat mempermudah proses pembuatan obat baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.

Eceng gondok diketahui memiliki kandungan selulosa yang tinggi. Rinciannya, yakni 60 persen selulosa, 8 persen hemiselulosa, dan 17 persen lignin.

Sementara itu, kulit jeruk mengandung selulosa sebesar 5,36 persen. Dengan adanya persentase selulosa yang cukup besar, menjadikan kedua bahan alam ini dapat digunakan untuk bahan baku sediaan farmasi.

Selain UMM, penelitian ini juga diinisiasi oleh empat dosen dari universitas yang berbeda. Keempat kampus tersebut antara lain Universitas Muhammadiyah Lamongan, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Saat ini proses penelitian tersebut telah mencapai tahap ekstraksi kulit jeruk dan eceng gondok.

Ina berharap penelitian timnya mampu menghasilkan hasil positif. Dengan demikian, industri farmasi Indonesia dapat memiliki alternatif lain dalam bahan baku obat. "Pun membuat masyarakat bisa mendapatkan obat dengan harga yang relatif lebih terjangkau,” ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement