Selasa 10 Apr 2012 12:20 WIB

Komunitas Belajar Melintas Batas

OLC4TPD
OLC4TPD

13 November 2009, hujan deras mengguyur kota Bogor. Di salah satu sudut ruangan, berbekal laptop yang terhubung dengan jaringan internet, diskusi lintas batas berlangsung menarik.

Forum diskusi ini dihadiri beragam latar belakang peserta yang tergabung di komunitas OLC4TPD. Ada dosen, guru, praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan, peneliti, & beberapa orang lainnya yang punya keminatan yang sama dalam membahas isu-isu terkini di bidang pendidikan.

OLC4TPD adalah komunitas belajar online yang independen bagi guru, pendidik guru, peneliti, trainer, yang memiliki passion untuk memperluas kualitas pendidikan Indonesia melalui peningkatan keterampilan profesional para anggotanya.

Jika kuis Who Wants to be A Millionaire punya istilah ‘kursi panas’, komunitas OLC4TPD pun punya istilah Hot Seat Speaker, yaitu narasumber yang diundang untuk berbagi pengetahuan di sesi diskusi. Hot Seat Speaker hanya akan beraksi jika ada sesi diskusi online (online meeting).

Hati saya dag dig dug der pas pertama mendapatkan undangan untuk berbagi pengetahuan & pengalaman di sesi diskusi online. Bersyukur saya bisa melewatinya dengan baik. Pengalaman berharga yang menumbuhkan kepercayaan diri & semangat untuk terus belajar.

Impossible berubah menjadi I’m possible. Saya pernah menjadi hot seat speaker pertama di sesi diskusi OLC4TPD (13 November 2009), saya pernah bersanding dengan Paul Newhouse (Australia) untuk membahas materi authentic assessment & ICT (19 Februari 2012), bahkan pernah juga melakukan diskusi online di tengah-tengah presentasi saya di acara konferensi internasional pendidikan di Universiti Brunei Darussalam (25 Mei 2011).

Banyak hal yang mengubah cara berpikir saya sejak bergabung di OLC4TPD. Awalnya saya kurang paham kecanggihan teknologi komunikasi & informasi ini bisa digunakan untuk hal bermanfaat seperti apa bagi dunia pendidikan. Ketika bergabung di komunitas ini, saya belajar menggunakan program skype (dari mulai menginstall sampai menggunakan skype) untuk melakukan diskusi jarak jauh. Facebook & twitter bisa digunakan untuk sarana saling berbagi referensi tentang berbagai hal di bidang pendidikan. Website OLC4TPD (www.eduatecu.wetpaint.com) pun kerap dijadikan sarana untuk saling bertukar gagasan & permasalahan yang dihadapi setiap anggotanya.

OLC4TPD adalah bagian dari sejarah hidup saya. Saya punya komunitas yang ‘memaksa’ saya untuk memperbaiki kemampuan bahasa Inggris. Narasumber di sesi diskusi online sebagian besar adalah para ahli & praktisi pendidikan dari Indonesia, Australia & Cina. Jika saya tak menguasai kemampuan berbahasa yang baik, pasti banyak hal yang tak bisa dipahami dari paparan para narasumber.

Keterpaksaan ini menyadarkan saya untuk terus memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris, bukan sekadar untuk lulus tes bahasa Inggris. DI sisi lain, saya pun ikut berkontribusi di komunitas ini lewat tulisan. Yang paling berkesan sampai hari ini, saya pernah ikut lomba menulis essay di OLC4TPD, akhirnya dinyatakan sebagai salah satu pemenang dari 3 peserta terbaik yang mendapat hadiah mengikuti konferensi pendidikan di Bandung.

Ada orang bilang, belajar itu tak mengenal batas. Belajar bisa dilakukan dimana saja & kapan saja. Kita sendiri yang berhak memutuskan apakah kita mau belajar atau tidak. Belajar itu bukan kewajiban, tetapi hak asasi setiap manusia. Kita tak bisa paksa orang lain untuk belajar karena bagi mereka keterpaksaan itu bisa membentuk persepsi bahwa belajar itu kewajiban yang memberatkan diri mereka. OLC4TPD membantu saya membangun kesadaran diri bahwa belajar itu hak saya. Setiap orang yang saya ajak diskusi, itulah guru saya, selama orang tersebut mengajarkan kebaikan.

Menariknya dari komunitas ini, setiap anggotanya memiliki kesamaan persepsi tentang makna belajar & pentingnya berkomunitas untuk saling mendukung proses tumbuh kembangnya pengetahuan & keterampilan profesional di antara sesama anggota OLC4TPD. Meski awalnya kita hanya bersua & berkomunikasi di dunia online, kini, kita bisa menggelar diskusi tatap muka (face to face) di beberapa kesempatan di Ponorogo (Jatim), Bandung (Jabar), Bogor (Jabar). Agenda diskusi tatap muka serasa acara reunian dengan kawan lama karena memang kita tak pernah berjumpa langsung. Bayangkan, 2009 berkenalan di dunia online, 2 sampai 3 tahun berikutnya baru bisa langsung bertatap muka. Sisi unik & menarik yang disuguhkan komunitas OLC4TPD.

Mari simak beberapa penuturan anggota komunitas terhadap eksistensi beragam program yang telah dikembangkan OLC4TPD, di antaranya:

“OLC4TPD is an important model of learning community to reach out our in-service teachers in remote areas in Indonesia..” (A Dean of Teacher Training University, Indonesia)

“OLC4TPD improve our competencies. We become more self-confident, receive a lot of new information & feel accepted..” (A Teacher Educator, Indonesia)

“It was genuine honour to engage in discussions with teachers from another country..” (A Senior Lecturer, Australia)

“I can widen my horizon and improve my teaching & learning practice.. I also feel supported by the community..” (A Math Teacher from Rural Secondary School)

Tak ada kata yang bisa diungkapkan untuk menyatakan rasa syukur & bahagia bisa bergabung di komunitas ini. Ada banyak pencapaian dalam kehidupan profesional saya dibersamai komunitas OLC4TPD. Saya hanyalah orang yang sedang belajar, saya tak punya titel magister & doktor, kemampuan bahasa Inggris saya belum begitu baik, kemampuan menulis akademik & meneliti saya jauh dari mumpuni, OLC4TPD hadir untuk menemani orang seperti saya untuk terus maju & berkembang dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Teruslah belajar karena dengan belajar akan memungkinkan sesuatu yang tak mungkin dalam hidup kita. Jika saya, Anda, & kita mengalami kesusahan dalam belajar, saya selalu teringat dengan papan besar yang terpampang di depan perpustakaan Universiti Brunei Darussalam yang bertuliskan, “You’ll never walk alone in your study”. Teruslah belajar bersama komunitas belajar Anda.

Asep Sapa'at

Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement