Selasa 29 Jan 2013 09:18 WIB

Pembubaran RSBI Ganggu Psikologi Siswa?

Red: Taufik Rachman
Sejumlah siswi belajar di ruang kelas di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Sejumlah siswi belajar di ruang kelas di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,PALANGKARAYA--Pejabat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palangka Raya menyatakan pencabutan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dikhawatirkan mengganggu psikologis anak yang belajar di sekolah tersebut.

"Kami akan melakukan bertahap, karena khawatir mempengaruhi psikologis anak. Bagi anak yang mampu sekolah di RSBI tentu menjadi kebanggaan, tapi ketika tiba-tiba dicabut dikhawatirkan semangat belajar berkurang," kata Kepala Disdikpora Ikhwanudin di Palangka Raya, Senin.

Pembubaran RSBI akan berdampak negatif dan positif, yang jelas tekanan psikologis itu dapat menimpa para wali murid atau siswa. Pada wali murid akan timbul kekhawatiran terhadap masa depan anaknya karena selama ini mempunyai harapan yang besar terhadap RSBI.

Meski demikian, Disdikpora pada prinsipnya hanya sebagai pelaksana program pemerintah pusat sehingga ketika status RSBI dibatalkan dan dikembalikan ke fungsi semula maka semua wajib mengikutinya.

"Kami ingatkan, para siswa dan wali murid jangan khawatir dengan pencabutan RSBI, sebab itu tidak mengurangi semangat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kami juga wajib menjaga proses pendidikan tetap berjalan lancar," ucapnya.

Salah seorang alumni sekolah RSBI di Palangka Raya Hariyani Wineni mengangatakan, status sekolahnya sebagai RSBI dianggap cukup membantu dirinya diterima sebagai mahasiswi di Universitas Indonesia (UI), tapi kalau status RSBI dihapus akan muncul kekhawatiran.

"Saya alumni SMA-2 Palangka Raya yang memiliki status RSBI, dan sebagai lulusannya kami cukup membanggakan hal tersebut, namun ketika statusnya dihapuskan tentu tidak ada kebanggaan lagi karena semuanya sama dengan sekolah biasa," ujarnya.

Terkait dengan mahalnya biaya sekolah di RSBI dinilai Hariyani bukan alasan, sebab Pemerintah Kota (Pemkot) Palangka Raya telah meminta sekolah menyiapkan 30 persen kuota bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Selain itu, karena sekarang status RSBI dicabut, jangan menjadi alasan bagi para siswa malas belajar karena semua sekolah pada intinya sama tergantung bagaimana proses mengajar dan belajarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement