REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Sejumlah guru mata pelajaran agama Islam menyambut baik rencana penambahan jam pelajaran pada tahun ajaran baru. Namun Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi belum memberikan sosialisasi terkait rencana penambahan jam pelajaran agama di kurikulum 2013.
Entong Susanto, guru agama islam SDN Bekasi Jaya 10, Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, menyatakan, sebenarnya waktu tiga jam pelajaran agama Islam dalam sehari masih kurang cukup. Entong pun beralasan, butuh waktu yang lebih lama bagi guru untuk bisa mengevaluasi pemahaman dan kemampuan semua murid.
Entong mencontohkan, tidak semua murid bisa mengaji dengan baik. Sehingga nantinya ada perhatian lebih yang bisa diberikan ke siswa tersebut. "Waktu tiga jam pelajaran itu hanya tatap muka dan praktik. Tapi untuk tambahan pelajaran 'Iqra', baca tulis Quran, dan latihan tulisan indah biasanya diambil di luar jam pelajaran," ujar Entong kepada Republika, Rabu (30/1).
Entong menambahkan, waktu tambahan tersebut diambil ketika siswa sudah pulang sekolah dan di luar jadwal pelajaran. Biasanya ada tambahan waktu satu jam pelajaran. Hal ini penting agar siswa bisa diberikan contoh figur yang tepat dan tidak sembarangan mencontoh budaya asing.
Menurut Entong, biasanya guru agama juga dibebankan dengan pembentukan akhlak para siswa. Padahal dengan jam belajar yang masih kurang dan tidak ada bantuan dari orangtua, hal tersebut akan sangat sulit dilakukan.
"Saat ini, dengan banyaknya akses informasi dan teknologi, perilaku siswa banyak yang tidak terpantau oleh orangtua," ujar Entong.
Dukungan senada disampaikan guru agama Islam SMPN 1 Bekasi, Kadaryono. Menurutnya, penambahan jam pelajaran tersebut dapat semakin meningkatkan peran sekolah guna pembentukan akhlak siswa. Berdasarkan kurikulum sebelumnya, jam pelajaran agama Islam di SMPN yang berada di Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur itu hanya dua jam pelajaran perhari.
"Dua jam pelajaran itu hanya untuk kulitnya saja. Belum termasuk praktik dan aplikasi ibadah. Jadi memang waktu dua jam pelajaran tidak cukup untuk pembentukan karakter dan budi pekerti," ujar Kadaryono.
Untuk menyiasati kekurangan jam pelajaran ini, menurut Kadaryono, SMPN 1 Bekasi mengadakan mata pelajaran Baca Tulis Quran (BTQ). Program ini berupa penambahan satu jam pelajaran di setiap hari. Program yang berjalan sejak 2004 ini sudah masuk ke dalam jadwal pelajaran. BTQ ini diklasifikasikan sebagai semi mulok dan masuk di kurikulum SMPN 1 Bekasi.
Kadaryono menambahkan, idealnya jam pelajaran agama di sekolah, terutama SMP dan SMA, adalah empat jam. Dengan alokasi waktu, dua jam untuk materi dan dua jam berikutnya bisa digunakan untuk praktik. Selama ini yang terjadi adalah waktu dua jam terkadang habis pada pemberian materi.
"Pendidikan agama itu juga kan memerlukan aplikasi dan praktik. Terutama untuk penilaian dan pemahaman siswa," ujarnya.
Namun, baik Kadaryono maupun Entong, mengaku belum mendapatkan petunjuk teknis terkait penambahan jam pelajaran agama dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi.