Rabu 20 Mar 2013 17:07 WIB

Angka Putus Sekolah di Banten Masih Tinggi

Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang
Foto: antara
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Dinas Pendidikan Provinsi Banten meminta Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Banten mencarikan solusi terkait masih tingginya angka putus sekolah atau 'drof out' sekolah di Banten.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten Hudaya di Serang, Rabu, mengatakan masalah pendidikan di Banten yang disampaikan ke DRD terkait masih tingginya angka putus sekolah, karena jumlah penduduk usia produktif yang ada di lapangan pekerjaan sedikit, begitu juga yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT) juga sedikit.

"Saya khawatir tingginya angka pengangguran di Banten ini karena mereka yang 'drof out' sekolah. Ini harus segera dicarikan solusinya kenapa usia produktif itu tidak berada di bangku sekolah juga di pekerjaan," kata Hudaya usai rapat kordinasi dengan Dewan Riset Daerah Provinsi Banten di Kantor Gubernur.

Ia mengatakan, berdasarkan data dari sekitar 602 ribu jiwa penduduk usia sekolah menengah, sekitar 312 ribu anak tidak sekolah dan dari jumlah tersebut hanya sekitar 155 ribu yang sedang bekerja. Sehingga lebih setengahnya penduduk usia sekolah menengah tersebut, tidak bekerja dan juga tidak sekolah.

Untuk itu, pihaknya mengusulkan kepada DPRD untuk melakukan kajian kenapa banyak penduduk usia sekolah tetapi tidak bersekolah. Sehingga harus dicari penyebabnya apakah penduduk tidak sekolah tersebut karena tidak ada biaya untuk sekolah, tidak ada sarana sekolah, apakah karena kultur atau banyak penduduk yang tidak percaya dengan sekolah. "Kami khawatir mereka sudah tidak percaya lagi dengan sekolah," kata Hudaya.

Pihaknya menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menambah ruang belajar baru, ruang kelas baru, menyelenggarakan pendidikan alternatif yakni pendidikan satu atap, Sekolah Mandiri dan pembelajaran jarak jauh.

Selain itu melalui pendidikan non formal serta meningkatkan jumlah penyelenggaraan kursus dan keterampilan atau magang produktif.

"Kami berharap di Banten memiliki formulasi untuk memberikan jaminan kelangsungan pendidikan bagi penduduk usia sekolah tersebut. Kami ingin ada aksi konkret tidak hanya berbicara angka-angka itu," kata Hudaya.

Sementara itu Wakil Ketua Dewan riset daerah HM Masduki mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-lagkah kajian terutama terkait dengan MDGs diantaranya pendidikan dan kesehatan.

Langkah tersebut berupa kordinasi dengan dinas/instansi terkait di Provinsi Banten, dalam upaya mencarikan solusi terhadap berbagai permasalahan di Banten.

"Tadi kami sudah mendengar paparan dari dinas pendidikan terkait angka putus sekolah. Kami akan berupaya untuk memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut," kata Masduki.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement