REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ada 27 persen lulusan sekolah menengah atas (SMA) masih menganggur. Jumlah ini terdiri atas 13 persen lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan 14 persen lulusan sekolah menengah atas (SMA).
“Data tahun 2011, lulusan SMA/SMK yang menganggur sebanyak 27 persen dari populasi pengangguran sebanyak 7,4 juta jiwa,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad.
Menurut Hamid, lulusan SMA/SMK yang masih menganggur tersebut karena kesulitan ekonomi. Kondisi itu membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi (PT) atau tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Dia menjelaskan, lulusan SMA dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMK dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Jadi, bagi lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke PT karena kesulitan ekonomi akan menganggur. “Begitu pula lulusan SMK yang tidak memenuhi standar skill yang dibutuhkan dunia kerja,” katanya.
Yang menjadi masalah, lanjut Hamid, bagi lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan PT sulit untuk mendapatkan kerja karena belum memiliki pengalaman kerja. “Padahal, saat ini hampir seluruh lowongan kerja mensyaratkan pengalaman kerja,” ujarnya.
Karena itu, Hamid mengatakan, perlu ada program magang yang disediakan bagi lulusan SMA/SMK yang menganggur. Magang dapat mempercepat proses penyerapan lulusan SMA/SMK dalam dunia kerja.
Di samping itu, mereka yang mengalami hambatan ekonomi bisa lanjut ke PT melalui tahapan magang. Apalagi, kata Hamid, potensi lulusan SMA/SMK untuk bekerja cukup besar.
“Jika dilihat dari hasil survei 2011 yang dilakukan Direktorat SMK, 63 persen lulusan sudah bekerja pada tahun pertama, 12 persen lanjut ke perguruan tinggi, dan 25 persen masih menunggu tahun kedua ketiga,” ujarnya