Selasa 09 Apr 2013 04:30 WIB

Ini Cara Mendikbud Atasi Kekurangan Guru di Daerah Pelosok

Rep: Yeyen Rostiyani/ Red: Citra Listya Rini
Mendikbud  Mohammad Nuh
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Mendikbud Mohammad Nuh

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal ( SM-3T) perlu ditingkatkan karena diyakini dapat menjadi alternatif mengatasi kekurangan guru di daerah pelosok.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbu) M. Nuh, jika pada 2011 program ini menjaring sekitar 3.000-an sarjana, angka itu perlu ditingkatkan menjadi sekitar 4.500-an orang. 

"Program ini saling menguntungkan, misalnya bagi daerah pelosok akan dapat mengatasi kekurangan guru. Juga terjalinnya jaringan nasionalisme dan bagi peserta program akan mendapat Program Profesi Guru (PPG) yang berfungsi sebagai sertifikasi mengajar," kata Nuh di Manokwari, Senin (8/4).

Peserta program terikat kontrak mengajar selama satu tahun dan dilanjutkan dengan mengikuti PPG selama setahun untuk mendapat sertifikat mengajar. Selama mengajar, peserta mendapat tunjangan yang nilainya disesuaikan dengan kelayakan biaya hidup di lokasi penempatan.  

Setelah  menyelesaikan PPG, peserta dapat memilih untuk melanjutkan mengajar di tempat SM-3T atau memilih tempat lain. "Pilihan lainnya adalah melanjutkan S2 atau S3, ada program beasiswa. Yang pasti, setelah SM-3T tidak ada istilah menganggur," ujar Nuh. 

Keuntungan bagi kementerian, kata Nuh, peserta SM-3T akan menjadi semacam jaringan informan yang dapat melaporkan kondisi di lapangan seperti layaknya survei. Jadi, kekurangan guru dan hambatan di lapangan bisa segera dilaporkan.

"Di beberapa daerah, guru-guru ini kadang tidak saja mengajarkan pelajaran sekolah namun juga life skills seperti tentang kebersihan," papar Nuh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement