REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI - Mayoritas mahasiswa yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah di Papua ternyata non-Muslim.
"Dari awal kami menekankan bahwa kami bukanlah ingin mengubah orang agar pindah ke Islam, tapi mengenalkan Islam kepada orang lain. Itu makna rahmatan lil'alamin," kata Dr Mulyadi Jaya, tokoh Muhammadiyah di Papua Barat, Senin (8/4).
Di Papua terdapat tiga perguruan tinggi Muhammadiyah. Saat ini, total ada 9.000 orang bersekolah dan 6.300 di antaranya adalah siswa non-Muslim.
''Tanpa memandang perbedaan agama, seluruh mahasiswa mengikuti pelajaran kemuhammadiyahan dan agama Islam. Kadang mereka yang non-Muslim mendapat nilai lebih tinggi dari mahasiswa Muslim," kata Mulyadi.
Mulyadi menambahkan, Muhammadiyah ditujukan untuk memakmurkan, mensejahterakan, dan mengadilkan masyarakat Papua secara keseluruhan. Misi Muhammadiyah itu mendapat dukungan dari Mendikbud M Nuh.
"Education for all," kata sang menrteri. "Baik itu sekolah milik Muhammadiyah, persekutuan gereja, atau agama apa pun, prinsipnya pendidikan adalah untuk semua bangsa."
M Nuh mengingatkan, pendidikan adalah jawaban bagi tiga penyakit dasar sosial. "Ketiganya adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban. Vaksin dari penyakit itu adalah pendidikan."
"Melihat perkembangan sekarang, saya yakin bahwa Papua Barat akan segera tinggal landas," katanya.
"Tugas kami adalah memberi dorongan dan motivasi bahwa yang dilakukan adalah on the right track."