Senin 13 May 2013 17:31 WIB

Mengapa Aku Disuruh Terus?

Rep: niken paramtha/ Red: Taufik Rachman
Laptop di paha
Foto: dailymail
Laptop di paha

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- "Tolong ya kak, ambil minum buat ayah, jangan yang terlalu dingin," perintah ibu pada kakak yang sedang menonton tv. Sore itu ayah baru saja tiba dirumah selepas bekerja.

 

"Ya bu.." dengan sigap kak Rina menyahut. Rina kemudian menghampiri tempat minum dan menuangkan ayah segelas air. Rina hapal betul air yang disukai ayah. Air yang tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin.  "Rin, sekalian sayang, kue-kue diatas kulkas ditutup tudung kecil lalu pindahkan ke dalam piring coklat, dan letakkan tisu diatasnya, jangan lupa garpu kecilnya," perintah ibu sekali lagi yang dengan lincah dikerjakan Rina, anak bu Priyo.

Sementara di ruang keluarga, anak bu Priyo yang lain sedang asik mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Kak Andi, anak pertama sibuk dengan laptopnya, kak Sari anak yang kedua asik dengan ponsel pintarnya. Dan Aisyah, anak yang ke empat sedang sibuk main congklak sendiri. Sementara Anto, si bungsu sedang menggambar dengan tenangnya.

"Rin, setelah ini kamu ke rumah bu Jono, tolong kamu kasih amplop ini kepada beliau, bilang ini sisa uang arisan bulan lalu, dan minta tanda terima ya," lagi-lagi perintah ibu kepada Rina. Dengan diam Rina mengambil sepedanya dan bergegas keluar rumah melakukan apa yang diperintahkan ibunya.

Mengapa harus Rina yang selalu disuruh? Pertanyaan yang mungkin timbul dalam benak kita. Seringkali karena kesibukannya, orangtua ingin sesekali anak-anaknya bisa membantunya. Sekedar bantuan-bantuan kecil yang cukup untuk mengurangi bebannya.  Seperti mengambilkan makanan diatas kulkas atau bahkan keluar rumah untuk mengantar sesuatu.

Tapi sekarang ini, disaat teknologi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi anak-anak, anak jadi sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Kadangkala, anak justru merasa terganggu dan marah saat mereka sedang asik dengan mainannya dan orangtua menyuruhnya berhenti untuk dimintai tolong. Bahkan diajak bicara pun seringkali mereka bersungut-sungut seperti sangat terganggu sekali dengan keasyikannya. Akhirnya, pertengkaran antara orangtua dan anak seringkali terjadi.

Dorongan emosi dan kekesalan terhadap anak-anaknya, akhirnya menimbulkan kemarahan yang mengakibatkan orang tua justru bertambah lelah. Sudah pun lelah dengan pekerjaan rumah tangga, ditambah lagi rasa lelah dalam mengatasi permasalahan dengan anaknya yang selalu membantah.

Anakpun jadi lebih asyik bercengkram dengan benda-benda teknologi mereka. Ini pula yang menjadi alasan kenapa bu Priyo lebih memilih Rina, sebagai anak yang paling sabar untuk dimintai tolong. Daripada menimbulkan pertengkaran yang tidak nyaman ketika harus menyuruh yang lain. Namun bu Priyo tidak sadar, dalam hati Rina terdapat kejengkelan.

Dalam hati kecilnya, Rina ingin menangis, " Apakah aku anak tiri, kenapa sih aku terus yang disuruh. Apa karena aku gak punya laptop, gak punya handphone dan blackberry sehingga aku terlihat tidak sibuk, maka aku yang mengerjakan semua perintah ibu. Kan bisa dibagi-bagi, kak Anto yang antarkan amplop ini ke rumah bu Jono dan aku yang ambil minuman buat ayah sementara itu kak Sari yang siapkan makanan buat ayah, tapi mengapa semuanya aku semuanya aku."

Ya, bu Priyo diam-diam telah melakukan dua kesalahan cukup besar dalam mendidik anak-anaknya, yaitu:

1.Tersedianya benda-benda teknologi yang membuat anak-anak menjadi terlalu asyik dan lupa waktu, serta bersikap kurang ajar pada orang tua

2.Ketidakadilan dalam pembagian beban pada anak-anak sehingga membuat anak yang satu melakukan pekerjaan yang banyak. Padahal anak yang lain dibiarkan asyik dengan kesibukannya masing masing dikarenakan alasan untuk menghindari keributan dan pertengkaran dengan anak-anaknya.

Fifi.P.Jubilea

Founder and Conceptor of JISC

www.jakartaislamicschool.com

www.mamfifi.com

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement