REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia bisa menjadi negara riset pada 2030 apabila semakin banyak perguruan tinggi yang menggalakkan dan membudayakan riset serta penelitian dalam pendidikannya. "Masih sedikit perguruan tinggi yang mengembangkan riset sesuai program studinya, termasuk universitas negeri," ujar Profesor Yohanes Surya, di Jakarta.
Optimisme Yohanes merujuk pada potensi pengajar perguruan tinggi selevel doktor yang bisa merangsang anak didiknya untuk melakukan penelitian atau menciptakan penemuan. Dia menilai, pengajar setingkat doktor memiliki pengalaman melakukan penelitian yang bisa ditularkan kepada anak didiknya.
Yohanes sangat memercayai potensi pembudidayaan penelitian kampus mampu mengangkat Indonesia menjadi salah satu negara maju. "Penemuan-penemuan mereka bisa memberi sumbangsih kepada negara dengan paten uang didaftarkan,” tuturnya, seperti dikutip Antara.
Dia menyatakan, jangan sampai Indonesia semakin tertinggal dari Singapura dan Malaysia. Dua negara tetangga itu tergolong unggul di kawasan ASEAN dalam meneliti serta mematenkan penemuan mereka.
Selain itu, Yohanes memercayai potensi anak Indonesia di masa kini yang nantinya akan menjadi peneliti. "Sejatinya, tidak ada anak bodoh. Yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dengan metode yang benar," katanya.
Setidaknya, hal itu dibuktikan dari keunggulan Tim Olimpiade Indonesia (TOFI) di kompetisi antarnegara dengan seratus lebih medali emas dalam kurun 20 tahun terakhir. "Indonesia unggul dalam olimpiade fisika, mengingat hingga 2013 sudah lebih dari 100 medali emas dari ajang olimpiade sains dunia diraih anak-anak bangsa" kata Yohanes.
Dia menjelaskan, Indonesia telah berhasil mengumpulkan 103 medali emas, 86 medali perak, 129 medali perunggu.