Jumat 28 Jun 2013 17:50 WIB

Sebelum Jajakan Ginjal, Sugiyanto Sempat Niat Jual Lagu

Rep: Fenny Melisa/ Red: Mansyur Faqih
 Unjuk rasa siswa SMA yang tertahan ijazahnya karena menunggak SPP.
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Unjuk rasa siswa SMA yang tertahan ijazahnya karena menunggak SPP.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sugiyanto sempat berniat untuk menjual lagu ciptaannya. Namun pria berumur 45 tahun itu malah nekat menjajakan ginjalnya untuk bisa menebus ijazah sang anak yang ditahan sekolah. "Saya sempat buat lagu judulnya 'Mencari Keadilan'. Saya masukan ke Youtube berharap mungkin ada yang tertarik membeli lagu saya," kata Sugiyanto usai bertemu dengan Mendikbud Mohammad Nuh, di kantor Kemdikbud, Jumat (28/6) 

Ia bahkan sempat hendak menjual mesin jahit yang ia gunakan untuk bekerja. Namun, tetap saja kurang untuk menutupi harga ijazah anaknya yang mencapai Rp 17 juta. Menurut Sugiyanto, sudah ada tiga orang yang menawar untuk membeli ginjalnya. Namun, ia belum menyetujuinya. "Saya tunggu dulu bantuan dari pemerintah. Kalau bukan karena butuh uang puluhan juta saya tidak akan menjual ginjal saya," kata dia.

Sugiyanto merupakan warga Jalan Kebon 200 RT 07/02 Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Bersama anaknya, Shara Meilanda Ayu, mereka berorasi di kawasan Bundaran Hotel Indonesia dengan membawa poster berisi kesediaan menjual organ ginjal, Rabu (26/6). Ia nekat ingin menjual organnya untuk menebus biaya ijazah anaknya di pondok pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman, Waru Jaya, Parung, Bogor.

Shara menimba ilmu di pondok pesantren tersebut sejak 2005 hingga 2012. Akan tetapi, tahun lalu ia tidak dapat mengambil ijazah karena masih ada tunggakan biaya sebesar Rp 17 juta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement