REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang memporak porandakan Aceh Tengah dan Bener Meriah pada 2 Juli lalu tidak hanya menghancurkan ribuan rumah warga. Sejumlah sarana pendidikan juga ikut rusak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, setidaknya ada 372 sekolah yang rusak, mulai dari tingkat PAUD hingga SMA. Dari jumlah tersebut, 156 di antaranya merupakan sekolah dasar atau SD. Tak hanya itu, dua orang guru juga ikut menjadi korban jiwa dalam peristiwa nahas tersebut.
Menteri Pendidikan M Nuh mengatakan, pascamusibah yang telah menewaskan puluhan orang itu, hampir tidak ada sekolah yang bisa dipakai. Karenanya, kata dia, sekolah-sekolah di tempat bencana tidak perlu memulai tahun ajaran baru pada 15 Juli 2013, seperti umumnya sekolah-sekolah yang lain.
"Tergantung kesiapannya, terutama kesiapan psikis anak-anak," kata dia dalam konferensi pers di gedung Kemendikbud, Senin (8/7).
Untuk sementara, kata dia, anak-anak korban bencana dapat belajar di sekolah-sekolah darurat yang akan dibangun di sekitar lokasi pengungsian. Menurut Nuh, ada tim khusus dari Kemendikbud yang akan menyiapkan kebutuhan belajar siswa, seperti alat tulis dan seragam sekolah.
Tim tersebut, lanjut dia, juga bertugas membantu memulihkan kondisi psikis anak-anak korban gempa.
"Kita juga ajak publik urunan buku tulis dan seragam untuk dibawa ke Aceh," ujarnya.