REPUBLIKA.CO.ID,RANGKASBITUNG--SMA Negeri 3 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mewajibkan siswanya setiap hari Sabtu mengenakan pakaian batik Baduy sebagai bentuk kerarifan lokal yang perlu dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat.
"Kita bangga menggunakan pakaian batik khas Baduy karena peninggalan masyarakat tradisional yang hingga kini menolak kehidupan modern," kata Kepala SMA Negeri 3 Rangkasbitung Hj Ucu Murtadewi, Kamis.
Ia mengatakan, selama ini pakaian batik Baduy memiliki makna dan arti cukup tinggi, yakni kecintaan terhadap pelestarian hutan dan alam. Sebab hutan dan alam tidak bisa dipisahkan dan bagian kehidupan mereka.
Apabila, hutan dan alam kondisinya rusak dipastikan menimbulkan bencana alam, seperti banjir, longsor dan kekeringan, kata dia. Selama ini, masyarakat Baduy yang berpenduduk sekitar 11 ribu jiwa di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, sangat menjaga kelestarian lingkungan alam dari ancaman kerusakan.
Mereka dalam kehidupan sehari-hari bercocok tanam ladang huma, seperti padi, pisang dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Selain itu, ujar dia, warga Baduy sangat mencintai antarsesama manusia dengan tidak memandang suku, agama, maupun budaya.
Adapun corak batik Baduy didominasi warna biru dan hitam merupakan simbol kecintaan alam dan kedamaian. Karena itu, pihaknya melestarikan pakaian batik agar tidak punah dengan mewajibkan setiap pekan menggunakan batik Baduy.