Rabu 18 Sep 2013 15:33 WIB

Mendikbud: Supaya Tertarik ke Museum, Gunakan Cerita Mistik

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
National Museum of Indonesia is populary known as Museum Gadjah in Jakarta, because of a big elephant statue in the entrance. At least four artifacts are reported missing last week. (illustration)
Foto: en.wikipedia.org
National Museum of Indonesia is populary known as Museum Gadjah in Jakarta, because of a big elephant statue in the entrance. At least four artifacts are reported missing last week. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koleksi museum sering dianggap hanya sebagai peninggalan masa lalu. Padahal, museum memiliki  nilai sejarah tinggi. Namun, antusiasme masyarakat datang ke museum, hingga saat ini masih rendah.

Untuk menarik minat pengunjung ke museum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), terus berupaya mempromosikan aset bangsa tersebut. Salah satunya, dengan menggunakan cerita mistik. 

“Memang penting mengajak anak (berkunjung) ke museum. Agar ajakan tersebut menjadi menarik, gunakan (cerita) mistik,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, kepada wartawan di ruang kerjanya,  Selasa malam (17/9).

Nuh mengatakan, anak-anak tidak bisa dipaksakan wajib mengunjungi museum. Jadi, untuk mempromosikan museum, kata kuncinya adalah bagaimana membuatnya menjadi atraktif.

Cerita mistik di balik koleksi museum tersebut, kata dia, tidak harus sesuai dengan keadaan sebenarnya. Namun, hanya untuk menarik perhatian saja. Cerita mistik, cukup disampaikan dengan ungkapan ‘katanya’. “Tidak perlu menurut si X atau si Y (sumbernya) tidak jelas, tetapi orang percaya,” katanya.

Penggunaan cerita mistik ini, kata Nuh, juga digunakan untuk menarik pengunjung museum di berbagai negara seperti Jepang, Korea, bahkan Prancis. Salah satu sasaran pada rencana strategis Kemdikbud adalah meningkatnya jumlah pengunjung pada museum yang direvitalisasi sebanyak 5 juta orang.

Menurut Nuh, tugas pengelola museum tidak sekedar menjaga koleksi museum. Namun, harus lebih dari itu. Mereka, harus mampu mempromosikan koleksi museum menjadi sesuatu yang bermakna. “Koleksi museum itu tidak ada barang anyar. Kepala museum harus bisa melakukan kontekstualisasi kekinian,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement