Jumat 11 Oct 2013 16:41 WIB

60 Persen Gedung SMA di Sleman, Rusak

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Gedung Sekolah Rusak
Foto: antara
Gedung Sekolah Rusak

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 60 persen gedung sekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Sleman mengalami kerusakan tingkat sedang. Namun, hingga kini sekolah-sekolah tersebut belum dapat direhabilitasi lantaran terkendala biaya.

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sleman, Sungkana, mengatakan bangunan sekolah yang rusak belum dapat direhabilitasi karena dana terbatas.

"Terdapat 96 gedung SMA negeri dan swasta. Kerusakan sampai 60 persen. Rata-rata kerusakan sedang," kata Sungkana menjelaskan.

Sementara itu, dari 506 gedung sekolah dasar, 29 persennya dalam kondisi rusak sedang dan rusak berat. "Saat ini 71 persennya dalam kondisi layak. Jadi kekurangan sekarang tinggal sekitar 29 persen. 162 lainnya ditargetkan rehabilitasi di 2014," katanya menambahkan.

Salah satu gedung SD yang kerusakannya berat yakni SD Selomulyo, Ngaglik. Namun SD tersebut saat ini sedang dalam proses rehabilitasi.

Menurut dia, gedung yang mengalami rusak berat disebabkan oleh usia bangunan yang telah lebih dari 30 tahun. "Usia bangunan sudah 30 tahun lebih. Itu memang sudah waktunya direhabilitasi," katanya.

Ia menambahkan rehabilitasi gedung SD yang rusak berat saat ini terkendala oleh dana. Sedangkan dari 104 gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebanyak 35 persen gedung mengalami kerusakan sedang.

Sungkana mengatakan di Sleman tidak terdapat gedung sekolah yang mengalami rusak berat atau kerusakan di atas 70 persen. Pada gedung yang mengalami rusak ringan, tingkat kerusakannya sekitar 30-45 persen. Sedangkan gedung dengan rusak berat, tingkat kerusakannya sekitar 60-70 persen.

Sungkana mengaku pihaknya telah mengusulkan dana rehabilitasi dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun, penggunaan dana tersebut masih belum jelas.

"Tahun ini DAK masih ada dan belum cair, tapi penggunaan masih simpang siur karena kemarin diadakan untuk pengadaan buku kurikulum 2013 tapi sekarang dirubah untuk peningkatan mutu dan rehabilitasi," katanya menjelaskan.

Anggaran DAK di Sleman yakni sebesar Rp 14 miliar, yang terbagi untuk SD Rp 5 miliar, SMP Rp 3 miliar, dan SMA sebesar Rp 6 miliar. Dari alokasi dana tersebut, sebanyak 35-50 persen digunakan untuk peningkatan mutu serta 35-50 persen lainnya digunakan untuk kebutuhan rehabilitasi gedung bangunan.

Banyaknya gedung sekolah yang mengalami kerusakan mengakibatkan rehabilitasi terkendala. "Sumber dana dari APBD dan APBN. APBD hanya mendukung operasional sekolahan," katanya menambahkan.

Sementara itu, Pemkab Sleman juga mendapatkan dana bantuan sosial untuk perbaikan ruang kelas yang sebesar Rp 95-Rp 100 juta. Dana tersebut hanya dapat digunakan untuk rehabilitasi 18 gedung SD, 10 gedung SMP, dan 10 gedung SMA.

Sungkana mengatakan pihaknya menargetkan rehabilitasi gedung sekolah akan selesai pada 2014. "Kami menargetkan 2014 semua sudah selesai. Kami akan mengejar APBN. Karena kondisi sarana prasarana sangat menunjang sarana pendidikan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sleman, Arif Haryono, mengatakan anggaran perbaikan sekolah yang rusak berasal dari dana bantuan sosial serta dana alokasi khusus.

"Sekolah-sekolah yang rusak itu dilakukan dengan program rehabilitasi ruang kelas secara swakelola oleh sekolah," kata Arif.

Anggaran yang berasal dari dana alokasi khusus tersebut, lanjutnya, tidak hanya akan digunakan untuk rehabilitasi ruang kelas. Namun, juga digunakan untuk membangun perpustakaan, ruang laboratorium, serta pengadaan alat peraga pendidikan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement