Rabu 16 Oct 2013 20:04 WIB

Tak Punya Kursi Ratusan Siswa Madrasah Belajar Lesehan

Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang
Foto: antara
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Ratusan siswa Madrasah Diniyah (MD) Al-Badriyah di Kampung Mekarsari, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, terpaksa harus belajar tanpa kursi dan meja atau lesehan.

Bahkan, MD tersebut tidak memiliki toilet, listrik, serta sejumlah atap sekolah berlubang.

Kapala MD Al-Badriyah, Ahmad Yusuf Jaelani, Rabu, mengatakan, sedikitnya ada 128 siswa yang terbagi di enam kelas. "Kelas V dan VI yang terpaksa harus menjalani proses belajar mengajar tanpa meja dan kursi alias lesehan. Sebelumnya semua siswa belajar seperti itu, tidak ada kursi dan meja," katanya.

Dia mejelaskan, meskipun saat ini kelas I, II, III dan IV belajar mengunakan meja dan kursi, namun jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah siswa, sehingga satu meja dan kursi diisi tiga orang siswa.

MD Al-Badriyah yang dibangun sejak 1983 itu, sudah hampir 10 tahun tidak memiliki kursi dan meja untuk belajar. Sehingga selama itu, siswa yang datang untuk belajar terpaksa harus membawa tikar dari rumah.

"Kalau dulu orang tua siswa membuat kursi dan meja untuk anaknya yang akan belajar di sekolah ini. Tapi kalau sekarang siswa hanya membawa tikar," ucapnya.

Hingga akhirnya dua tahun yang lalu, madrasah yang berdiri atas inisiatif sejumlah tokoh masyarakat itu, mendapat bantuan meja dan kursi dari desa sebanyak 30 unit dan dipergunakan untuk sejumlah siswa.

Proses belajar mengajar di madrasah tersebut tutur dia, berlangsung dari pukul 14.00 sampai 16.00. Namun tidak jarang proses belajar siswa harus terkendala terutama ketika hujan turun deras.

"Kalau hujan turun selain banyak genteng yang bocor, ruang kelas yang dipakai siswa menjadi gelap karena belum ada sambungan listrik. Kalau sudah begini siswa harus duduk menghindari tetasan air dari langit-langit," ujarnya.

Sementara itu, sejak berdiri hingga saat ini hanya ada enam tenaga pengajar di madrasah tersebut. Keenam tenaga pengajar ini bekerja secara sukarela, mereka hanya mendapatkan upah dari sumbangan siswa sebesar Rp10 ribu perorang perbulan.

"Madrasah ini merupakan lembaga pendidikan formal yang resmi tercatat di desa dan kecamatan. Bahkan madrasah ini berada di bawah naungan Kementerian Agama Cianjur, melalui Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kecamatan Cilaku," tuturnya.

Sedangkan mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum dari kementerian agama karena memang harus disamakan, namun tambah dia, cara penyampaiannya dibebaskan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement