REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Minat belajar Ilmu Kimia di lingkungan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia harus ditingkatkan. Caranya dengan meningkatkan aplikasi pelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari yang bisa mendatangkan keuntungan.
Demikian dikatakan Riyanto, Ketua The Second International Conference of the Indonesians Chemical Society (ICICS) 2013 kepada Republika di sela-sela konferensi.
Ia mengharapkan konferensi yang diikuti 200 ahli kimia seluruh Indoensia ini bisa merumuskan kurikulum mata pelajaran Ilmu Kimia bagi siswa SMA dan program Strata Satu.
Selama ini, kata Riyanto, pelajaran Ilmu Kimia lebih menekankan pada teori yang banyak hitungannya. Sehingga hal ini menjadikannya pelajaran yang menakutkan bagi siswa.
"Kurikulumnya harus diubah sehingga pelajaran Ilmu Kimia menjadi pelajaran menyenangkan," kata Riyanto yang juga dosen Program Studi Ilmu Kimia Fakultas MIPA UII Yogyakarta ini.
Salah satu aplikasi pelajaran Ilmu Kimia yang bisa dilakukan siswa SMA adalah membuat sabun, parfum, dan lain-lain. "Ini tidak membutuhkan teknologi yang sulit. Tetapi teknologi ringan yang bisa digunakan masyarakat," kata Riyanto.
Minimnya minat siswa SMA untuk belajar Ilmu Kimia membuat potensi yang dimiliki bangsa Indonesia tidak dimanfaatkan secara optimal. Di antaranya, masyarakat hanya bisa mengekspor minyak atsiri sebagai bahan baku parfum, karena belum bisa mengolahnya menjadi barang jadi.
"Saat ini minyak atsiri hanya dijual dengan Rp 80 ribu per liter, sedangkan ketika sudah jadi parfum 5 ml harganya sudah ratusan ribu. Seandainya masyarakat bisa mengolah menjadi barang jadi, tentu akan mendapat nilai tambah," katanya.
Konferensi ICICS 2013 diikuti sekitar 200 ahli kimia seluruh Indonesia. Ada 267 makalah yang dibahas dalam konferensi yang berlangsung di Kampus UII Terpadu, Selasa-Rabu (22-23/10).
Selain ahli kimia Indonesia, juga dihadirkan ahli kimia dari luar negeri, di antaranya, Jepang, Malasyia, Australia, dan Saudi Arabia. "Kehadiran para ahli kimia luar negeri ini dapat kita gunakan sebagai pembanding bagaimana perkembangan ilmu kimia di Indonesia dan luar negeri," katanya.
Setelah mengikuti koferensi, ahli kimia Indonesia akan berkumpul untuk menyusun kurikulum ilmu kimia di Indonesia. Sehingga ke depan Ilmu Kimia akan semakin digemari siswa-siswa SMA Indonesia.