REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku pelajar SMP di Jakarta yang membuat video porno, membuat semua kalangan perihatin.
Menurut Pakar Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Said Hamid Hasan, pendidik harus bekerja ekstra keras untuk mencegah perilaku negatif dikalangan pelajar. Terutama, pelajar SMP yang sedang berada dalam masa pubertas.
"Selain pendidikan formal yang ada di sekolah, masyarakat pun harus berperan aktif, Karena masyarakat bagian dari pendidikan juga termasuk lingkungan," ujar Hamid kepada Republika, Rabu (23/10).
Menurut Said, dalam memberikan pembelajaran, pendidik tak boleh hanya menekan pengetahuan saja atau asal anak tahu. Namun, masalah sikap dan nilai-nilai juga harus diajarkan ke siswa.
Selain itu, sekolah tak boleh lengah lagi. Jangan sampai, siswa memanfaatkan kelas kosong untuk kegiatan negatif seperti itu. Apalagi, sampai digunakan untuk membuat video porno.
"Kalau proses belajar-mengajar selesai, sebaiknya semua kelas dikunci saja. Kan siswa memang mencari tempat kosong yang bisa digunakan untuk kegiatan negatif tersebut," katanya.
Kalau pendidikan hanya menekankan pada pengetahuan saja, kata Hamid, maka yang terjadi pada siswa akan seperti itu. Di masa pubertasnya, mereka sulit mencegah dorongan untuk melakukan kegiatan negatif.
Kondisi tersebut, diperparah oleh tayangan media televisi yang selalu menampilkan tayangan korban pemerkosaan. Belum lagi, situs porno di internet saat ini sangat mudah diakses.
"Ke depan harus ada kerja sama antara pendidikan di sekolah dan luar sekolah termasuk lingkungan dan media untuk membentuk karakter siswa," katanya.
Dikatakan Hamid, pendidikan agama untuk siswa pun tak kalah penting. Seharusnya, pendidikan agama ditingkatkan terutama terkait membangun sikap melalui agama. Jangan sampai, pelajaran agama yang diperoleh siswa hanya berupa pengetahuan agamanya saja.