REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kalangan pelajar di Cina masih percaya, kuliah di Amerika akan membuka pintu sukses. Itu sebabnya, mereka berbondong-bondong menuju AS.
Untuk beberapa orangtua, pendidikan di luar negeri juga dilihat sebagai cara untuk menghindari ujian masuk perguruan tinggi di China yang sangat kompetitif, dikenal sebagai “gaokao”.
“Kami tidak tahu itu benar atau tidak. Kami hanya merasa lebih baik mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat daripada di China,” ujar seorang ibu bernama Zhao dari Beijing, seperti dikutip reuters.com, Jumat (8/11).
Tahun ini, ada tujuh juta lulusan universitas di China, sebuah rekor baru dan lompatan sebesar 190.000 dibandingkan tahun lalu. Hal ini ini telah meningkatkan tekanan perekrutan kerja.
Untuk mengejar mimpinya kuliah di AS, Li Shiyuan, 17, mengikuti tiga kursus di Beijing untuk ujian-ujian masuk ke universitas-universitas Amerika, seperti SAT dan TOEFL.
Bulan ini, ia melakukan ujian SAT kedua untuk memperbaiki skor sebelumnya dan ia berencana untuk kembali ke pusat ujian di Hong Kong Desember ini. “Ini jauh lebih baik daripada di SMA, dimana para guru memberikan tekanan luar biasa pada murid,” ujar Li.
Kursus-kursus yang diikutinya berbiaya 100.000 yuan ($16.400), hampir lima kali lipat pendapatan tahunan dari rata-rata warga kota di China.
“Selama keluarga kami mampu, saya ingin mengirim anak saya kuliah di luar negeri untuk belajar hal nyata,” ujar pengacara Li Xuezong, yang menemani putranya ke Hong Kong.