REPUBLIKA.CO.ID,
Prestasi siswa madrasah menyaingi siswa sekolah umum.
MALANG — Kementerian Agama (Kemenag) menggelar kompetisi sains dan olahraga bagi siswa-siswi madrasah pada 5-9 November 2013.
Kompetisi ini diharapkan dapat mencetak siswa madrasah yang tidak hanya unggul di bidang agama, juga dalam bidang sains, seni, dan olahraga.
Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Ajang Kompetensi Seni Olahraga Madrasah (Aksioma) yang baru pertama kali digelar ini dihelat di Kota Malang.
Sebanyak 15 ribuan siswa madrasah yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia memadati pusat penyelenggaraan kedua ajang tersebut di stadion Gajayana, Malang.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali dalam sambutannya menegaskan, madrasah saat ini bukan lagi sekolah pelengkap. Posisinya dalam bidang pendidikan saat ini jauh lebih baik.
“Madrasah tidak hanya mencetak siswa-siswi yang mampu berdoa dan berzikir saja, madrasah juga mampu mencetak ilmuwan dan cendekiawan,” ujarnya, Rabu (6/11).
Di sinilah, kata Menag, nilai lebih madrasah dari lembaga pendidikan lainnya karena madrasah mencetak lulusan yang paripurna.
Ajang KSM dan Aksioma pun dituntut harus menjadi puncak penampilan kesuksesan akademik para siswa madrasah. Selain itu, hendaknya menjadi barometer pendidikan madrasah di daerah.
Menurutnya, madrasah selama ini hanya dikenal dengan kualitas pengajaran ilmu agama yang lebih baik. Namun, munculnya beberapa madrasah unggulan, seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia, telah mampu menjawab kualitas keilmuan lulusan madrasah yang selama ini diragukan.
Di tengah kasus moral anak didik saat ini, madrasah menjadi salah satu solusi menjaga dan memperbaiki moral peserta didik.
Selain itu, kualitas pengajaran umum di madrasah pun terbukti telah dapat menyaingi siswa sekolah umum di beberapa ajang kompetisi sains dan olahraga.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Nur Syam menambahkan, ajang KSM dan Aksioma itu juga diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas madrasah di setiap daerah.
Karena, acara tersebut merupakan wahana prestasi siswa madrasah di bidang sains, seni, dan olahraga. Selain itu, momentum untuk memotivasi serta menumbuhkembangkan budaya sains dan persaingan akademis yang sehat di lingkungan madrasah.
Ajang ini memperebutkan 198 medali dalam 11 perlombaan sains, sembilan cabang olahraga, dan tujuh kompetisi seni.
Di bidang sains, dua mata pelajaran yang diperlombakan bagi madrasah ibtidaiyah (MI), yakni matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Sedangkan, untuk siswa madrasah tsanawiyah (MTs), bidang yang diperlombakan, seperti matematika, biologi, dan fisika.
Selain itu, enam bidang sains bagi madrasah aliyah (MA), yaitu matematika, biologi, fisika, kimia, ekonomi, dan geografi.
Sebelumnya, kompetisi serupa juga telah digelar oleh Kemenag. Acara tersebut adalah Pekan Olahraga dan Seni Antarpondok Pesantren Nasional (Pospenas) di Gorontalo pada 24 Juni 2013 dan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (Pionir) Perguruan Tinggi Agama Islam bagi mahasiswa di Banten pada 25 Agustus 2013.
Sejumlah kompetisi tersebut diharapkan dapat membuat lembaga pendidikan Islam memiliki prestasi, sejajar, dan bisa bersaing dengan lembaga pendidikan formal umum.
Direktur Pendidikan Madrasah Nur Kholis Setiawan mengatakan, selain penguatan pendidikan agama, saat ini Kemenag sedang fokus melakukan diversifikasi prestasi madrasah di seluruh Indonesia.
Diversifikasi ini, ia menjelaskan, untuk melihat keunggulan dan kualitas seluruh madrasah di setiap daerah. “Contohnya, ada madrasah yang memiliki prestasi dan keunggulan dalam bidang sains, ada yang memiliki prestasi dalam bidang bahasa, dan lain sebagainya,” katanya.
Dengan dilakukannya diversifikasi tersebut maka akan dimiliki peta kualitas madrasah. Selanjutnya, akan mudah bagi pemerintah memberikan bantuan pengembangan pendidikan.