REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sepekan terakhir ini warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat digemparkan dengan masalah tawuran pelajar. Pasalnya, ada empat pelajar di Kabupaten Sukabumi yang tewas akibat tawuran pelajar.
Keempat korban tersebut merupakan pelajar SMK Negeri 1 Cibadak yakni Muhamad Rizki Fadilah (16 tahun), Dimas Faizi Akbar (16), Indrianto (18), dan Randika Febriansyah (15). Mereka terjun ke sungai saat menghindari tawuran dengan pelajar SMK Lodaya di Jalan Lodaya, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak Sabtu (9/11) sore.
Sebelumnya, pada 4 Nopember 2013, seorang pelajar SMA Negeri 1 Ciracap, Erwin Naldo (17 tahun) juga tewas sebagai buntut tawuran dengan pelajar SMK swasta. Sehingga di Nopember ini sudah lima pelajar yang tewas karena masalah tawuran.
Jumlah ini merupakan yang terbanyak dalam sejarah perjalanan dunia pendidikan di Sukabumi.Kondisi ini diperparah dengan adanya aksi penyerangan para alumni dan siswa SMKN 1 Cibadak ke SMK Lodaya, Sabtu (16/11).
Akibatnya, sejumlah sarana belajar di sekolah dan rumah warga rusak akibat amuk massa. Fenomena ini terjadi di tengah Kabupaten Sukabumi menggaungkan penerapan akhlak mulia di sekolah. Hal ini mengacu pada Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 33 Tahun 2008 tentang Sepuluh Pembiasaan Akhlak Mulia di Sekolah.
‘’Tawuran pelajar harus segera diakhiri,’’ ujar Bupati Sukabumi, Sukmawijaya, saat memfasilitasi upaya perdamaian antara SMK Lodaya dengan SMKN 1 Cibadak di Gedung Pendopo Negara Sukabumi, Ahad (17/11).
Aksi tawuran tersebut dinilai telah menganggu jalannya proses pendidikan.Selama ini, ungkap Sukmawijaya, pemerintah telah berupaya mencegah terjadinya tawuran. Namun, di lapangan praktik tersebut tetap terjadi dan bahkan kini menimbulkan korban jiwa dalam jumlah banyak.
Oleh karena itu, kata Sukmawijaya, pemerintah akan mengevaluasi penyebab terjadinya hal itu. Misalnya dengan lebih melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku tawuran.
Kapolres Sukabumi, Asep Edi Suheri mengungkapkan, polisi akan menindak tegas pelajar yang masih melakukan tawuran. Terlebih, kasus tawuran pelajar di Sukabumi mendapat perhatian dari Polda hingga Mabes Polri.
Untuk mencegah terulangnya tawuran, lanjut Asep, polres mendorong adanya nota perdamaian yang dilakukan sekolah yang seringkali tawuran. Langkah ini misalnya diambil antara SMK Lodaya dan SMK 1 Cibadak. Jika ada pelanggaran, maka akan diterapkan sanksi yang berat.
Selain itu, kata Asep, polisi juga akan menempatkan petugas di sekolah yang seringkali tawuran. Rencana ini contohnya akan diterapkan di SMK 1 Cibadak dan SMK Lodaya.Di samping melalui aksi di jalanan, kata Asep, tawuran juga bisa dipicu melalui media jejaring sosial.
Kondisi ini harus diantisipasi dengan melibatkan sekolah agar mampu meredam potensi munculnya tawuran melalui media sosial.
Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Sakti Alamsyah mengatakan, maraknya tawuran pelajar dikarenakan lemahnya pengawasan sekolah terhadap perilaku siswa.
Selain itu disebabkan rendahnya pembinaan keagamaan dan ketiadaan sanksi bagi pelajar yang melakukan tawuran.‘’Ke depan, pelajar yang melakukan tawuran dapat diberhentikan sekolah,’’ ujar Sakti.
Selain itu siswa yang sering tawuran dapat diserahkan kepada polisi untuk mendapatkan pembinaan.
Selain sanksi ke murid, kata Sakti, para tenaga pengajar juga harus ditingkatkan perannya dalam menekan aksi tawuran. Jika tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka guru dapat diberikan sanksi yang tegas.