REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagai pendukung sekolah agama nonformal setingkat SD, masih belum tersertifikasi. Bahkan Kementerian Agama (Kemenag) mengungkapkan hampir seluruh guru madrasah Diniyah Takmiliyah belum memiliki sertifikat dari Kemenag.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengatakan guru diniyah takmiliyah memang masih minim sertifikasi. Minimnya sertifikasi guru madrasah ini, kata Menag, karena persyaratan kualifikasi yang rendah. Karenanya perlu diperhatikan untuk peningkatan kualitas madrasah Diniyah Takmiliyah yang jumlahnya kurang lebih 73 ribu madrasah se Indonesia.
"Alasan lain selama ini mereka tidak tercantum dalam anggaran pemerintah namun Kemenag sudah mengalokasikan honorarium bagi sebagian guru Diniyah Takmiliyah," ujar Menag sesaat setelah membuka Pekan Olah raga antar Diniyah Takmiliyah tingkat Nasional (Porsadin) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jumat (22/11).
Menurut Suryadharma, upaya memperjuangkan kesejahteraan guru Diniyah Takmiliyah ini, karena lembaga ini berjasa besar kepada bangsa bahkan sebelum merdeka. Madrasah Diniyah Takmiliyah berjasa mendidik putra putri Indonesia membaca dan mempelajari agama jauh sebelum pendidikan formal ada. "Karenanya Indonesia berjasa kepada Diniyah Takmiliyah."
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Nur Syam mengungkapkan belum tersertifikasinya seluruh guru madrasah Diniyah Takmiliyah. Menurut dia minimnya kualifikasi sarjana strata satu di guru Diniyah Takmiliyah menjadi penyebab tidak adanya guru Diniyah Takmiliyah yang mengikuti sertifikasi dan mendapatkan sertifikat.
Dari total guru Diniyah Takmiliyah berjumlah 397 ribu hanya 19 persen guru yang telah mencapai kualifikasi strata satu. Akibatnya keikutsertaan sertifikasi guru Diniyah dan Takmiliyah sangat minim, bahkan saat ini masih belum ada yang bersertifikat.
Untuk menjaga kesejahteraan guru, pihaknya sudah mengalokasikan insentif guru Diniyah Takmiliyah sebesar Rp 3 miliar. Namun jumlah itu dinilai masih sangat jauh dari harapan. Karenanya, kata Nur Syam, anggaran sertifikasi guru diniyah ini akan dianggarkan dan bisa dioptimalkan.
Dua hal yang cukup menghambat sertifikasi guru diniyah takmiliyah, yakni gelar kesarjanaan dan anggaran yang tadi sempatterlambat terealisasi. "Tahun depan guru diniyah takmiliyah sudah bisa mengikuti sertifikasi, anggarannya sudah kita siapkan," ujarn Nur Syam.
Dalam Porsadin di TMII terdapat pula forum komunikasi antar guru madrasah Diniyah Takmiliyah. Pertemuan yang difalitasi pemerintah ini merupakan pertemuan akbar pertama guru-guru madrasah Diniyah Takmiliyah se Indonesia. Setidaknya 17 ribu total guru dan peserta hadir di TMII untuk ikut serta.