REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap individu memiliki intagible value atau bahasa sederhananya, talenta. Demikian pula dengan guru.

Intangible value dalam konteks guru, kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, saat berbincang dengan ROL, belum lama ini, adalah terkait dengan sikap. Seperti integritas, kejujuran, cerdas dan terbuka.

"Integritas mengapa penting, guru harus bisa dipercaya murid-muridnya. Seorang guru harus bisa menunjukan dirinya bisa dipercaya muridnya sebagai guru yang hebat," kata dia.

Selain itu, Rhenald menambahkan bahwa seorang guru itu harus cerdas dan terbuka akan hal baru. "Guru harus mempelajari sesuatu yang baru. Hal ini agar guru tersebut mampu mengajarkan hal-hal yang bermanfaat kepada murid-muridnya," jelasnya.

Dalam pelaksanaanya, memiliki intangible value tersebut memiliki beragam hambatan. Menurut Rhenald, hambatan yang pertama kerap terjadi adalah materialiasme. Menurutnya sifat materialisme ini kerap menghambat seorang guru memiliki sebuah intangible value yang baik.

Lanjutnya, penghambat lainnya adalah rasa ketergantungan. Dalam konteks ini kejadian yang sering terjadi adalah mengharapkan sumbangan. Lanjutnya, yang terakhir adalah mengandalakan pemerintah. Banyak yang  masih mengandalkan dana bos, dan pendanaan yang lainnya.

"Bila hal-hal ini terus terjaga, maka akan sulit untuk menjadi guru yang baik," tutup Rhenald. 

Kasali mengatakan kebanyakan orang menganggap tangible value adalah sesuatu yang lebih penting dan beharga, akan tetapi yang benar adalah sebaliknya. "Seringkali manusia berpikir semuanya mengenai tengible. Hal yang bisa dipegang, yang bisa dirasakan dan bisa dilihat. Padahal harta yang terbesar didunia adalah nilai yang tak kelihatan," jelas dia.

Ikuti Whatsapp Channel Republika