REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Guru besar Universitas Negeri Malang, I Nyoman S Degeng, berpendapat pendidikan Indonesia sedang memasuki fase kirisi. Hal itu tercermin dari rasa tidak percaya terhadap segala sesuatu.
"Ini adalah fenomena kejiwaan, pendidikan kita tengah (mengalami) sakit jiwa," kata I Nyoman saat berbicara pada diskusi bertajuk Refleksi Pendidikan Akhir Tahun FKIP UMM di Universitas Muhammadiyah Malang.
I Nyoman mengatakan, kebiasaan yang terjadi dalam pembelajaran di Indonesia adalah mencari yang salah, bukan mencari yang benar. Ia mencontohkan bagaimana pekerjaan dosen dan guru yang mengoreksi tugas peserta didik. "Padahal mengoreksi itu kan mencari-cari kesalahan," tuturnya.
Paradigma pendidikan semacam itu, melahirkan rasa curiga pada tiap dimensi hidup. Polisi curiga pada pengemudi kendaraan bermotor, atasan curiga pada bawahannya, orang tua curiga pada anaknya, demikian pula rakyat curiga pada pemimpinnya.
"Itu gara-gara guru terbiasa ngajari siswa jadi sosok penuh curiga," ujarnya dalam siaran pers yang diterima ROL.
Nyoman lantas mencontohkan Finlandia sebagai negara yang dikenal memiliki kualitas pendidikan nomor satu di dunia. Di negara itu, menurutnya, interaksi antarindividu senantiasa didasarkan atas rasa saling percaya.
Selain rasa tidak percaya dan saling curiga, fenomena kejiwaan lain yang menjangkiti bangsa ini adalah perasaan mudah bimbang serta gampang khawatir dan tak sabar.
"Filosofi pendidikan kita sudah sangat bagus, jika saja bangsa ini jiwanya sehat, tuntaslah masalah pendidikan bangsa," katanya mengakhiri.