REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak guru dinilai kesulitan dalam memberikan penilaian kepada murid-muridnya secara deskriptif naratif. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menilai hal tersebut adalah hal wajar.
“Kalaupun siswa berkelakukan baik, paling hanya ditulis baik saja, tidak ada deskripsi apa-apa. Sekarang mereka diminta menguraikan baik itu seperti apa dulu deskripsinya, ini mungkin terlihat sulit namun sebenarnya hanya belum terbiasa saja,” ujar Nuh, Rabu (12/2).
Sekarang, kata Nuh, guru memang diminta untuk merubah penilaian. Disampaing ada numerik, ada penilaian deskripsinya sebab dalam Kurikulum 2013 kompetensi yang diinginkan adalah kompetensi pengetahuan, sikap, ketrampilan maka ketiganya harus dievaluasi.
“Evaluasi dengan angka-angka saja tidak cukup. Evaluasi sikap harus dilakukan dengan deskripsi tidak bisa memakai angka, kalau evaluasi pengatahuan baru bisa menggunakan angka,” ujar Nuh.
Menurut Nuh, tidak mungkin sikap dinilai dengan angka 7atau 9. Makanya guru harus belajar memberikan penilaian secara s deskripsi kualitiatif.
“Saya yakin kalau guru-guru sudah terbiasa nanti juga akan mudah. Intinya terus berlatih dan membiasakan diri,” kata Nuh.
Masak, lanjut Nuh, orang disuruh berubah tetapi cara penilaian tidak berubah. “ Ada kesulitan iya, tapi itu bisa diatasi dengan memperbanyak pelatihan-pelatihan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo menilai banyak guru yang tak paham dengan kurikulum 2013. Sehingga, membuat mereka melakukan penilaian secara deskriptif naratif ala kadarnya.
Sulistyo mencontohkan, penilaian ala kadar yang dilakukan guru itu adalah dengan merubah sedikit dari penilaian pada penerimaan rapor sebelumnya. “Di sini ada situasi yang memprihatinkan. Pembinaan dan pelatihan guru tidak dilaksanakan dengan baik namun pemerintah begitu ambisius menerapkan Kurikulum 2013,” kata Sulistyo.