REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendikbud M Nuh mengatakan tak ingin kebobolan terkait soal UN seperti tahun lalu. Karenanya, untuk tahun ini naskah soal ujian nasional dijaga ketat. Terutama perkembangan penggandaan naskah soal.
Caranya dengan memperbaiki koordinasi dengan pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN. "Kami akan melakukan monitoring rutin setiap minggu untuk memantau perkembangan penggandaan naskah soal UN di percetakan, dan menjaga kerahasiaan soal UN," katanya, Selasa (25/2).
Ia mengatakan, tak ingin peristiwa tahun lalu terulang. Yakni ketika ada perusahaan yang gagal menggandakan naskah soal dan menyebabkan tertundanya UN di sejumlah provinsi.
Tahun ini, ia ingin benar-benar memastikan proses penggandaan berjalan sesuai rentang waktu yang ditargetkan. Nuh menambahkan, dengan hasil evaluasi pelaksanaan UN tahun lalu, persiapan kali ini ditata ulang. Terutama pengorganisasian antaran BSNP, perguruan tinggi, dan pemerintah.
"Persiapan UN dilakukan lebih cermat, sehingga bisa ditepati dengan baik jadwal yang telah ditetapkan. Kita lakukan deteksi dini. Ada laporan mingguan, sudah sampai mana. Jadi kalau ada apa-apa bisa diantisipasi," katanya.
Ia juga meminta perusahaan untuk memperkuat manajemen percetakan terkait kerahasiaan naskah. Termasuk keamanan distribusi naskah soal UN.
Nuh mengatakan, ada dua hal yang krusial dalam menyiapkan naskah soal UN. Pertama terkait kerahasiaan dan kedua ketepatan waktu mencetak serta distribusi naskah soal hingga sampai di lokasi ujian.
Untuk tahun ini, lima perusahaan telah dinyatakan memenuhi kriteria sebagai percetakan penggandaan naskah UN. Lima perusahaan tersebut adalah PT Karya Kita, PT Temprina Media Grafika, PT Jasuindo Tiga Perkasa, PT Mascom, dan PT Balebat.
Kepada perwakilan dari lima perusahaan percetakan itu, Nuh telah menyerahkan master soal untuk selanjutnya digandakan dan didistrubusikan ke wilayah yang telah ditentukan. "Penyerahan master naskah soal UN tahun ini dua minggu lebih awal dari tahun lalu," katanya.