Rabu 12 Mar 2014 16:37 WIB

Soal Persyaratan SNMPTN, Kaum Difabel Merasa Terbodohi

Rep: debbie sutrisno/ Red: Muhammad Hafil
Penyandang disabilitas berunjuk rasa di depan gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Rabu (12/3). (Republika/Yasin Habibi)
Penyandang disabilitas berunjuk rasa di depan gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Rabu (12/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persyaratan baru yang diberikan panitia Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri  (SNMPTN) 2014. Menyebutkan bila para kaum difabel tidak bisa mengikuti beberapa jurusan yang berada di pergururan tinggi negeri. Hal ini sangat menyesakkan kaum disabilitas yang memunyai kemampuan dalam pendidikan. Mereka merasa terbodohi oleh peraturan ini.

“Kita ini kan punya kemampuan, hanya saja terbatas oleh fisik. Karena fasilitas yang belum memadai,” ujar  Mahmud Fasa.  

Kordinator lapangan yang sekaligus penyandang disabilitas ini menuturkan, sebelum kebijakan ini diambil telah banyak kaum disabilitas yang menduduki bangku kuliah, dan lulus secara terpuji. Para penyandang difabel ini ada yang lulus di jurusan kedokteran, arsitek, desainer, teknik perikanan, sampai dokter gigi sekalipun.

Salah seorang penyandang disabilitas, Aulia amin mengatakan, adanya kebijakan ini bukanlah sebuah kemajuan bangsa. “ kita merasa dibodohkan oleh pemerintah,” tegas dia. 

Adanya peraturan ini menurut Aulia membuat kaum difabel tidak bisa mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki. Kementerian disebut Aulia hanya berprasangka bila kaum disabilitas tidak bisa belajar bersama dengan manusia normal lainnya. Pria kelahiran Medan ini menambahkan, bagaiaman Kemendikbud bisa menentukan  apa yang kaum difabel inginkan. Sedangkan mereka tidak mengalami disabilitas, lanjut Aulia.

Rachmawati, seorang penyandang difabel menuturkan, saat dia berkuliah di universitas negeri dan swasta dirinya tidak terlalu bermasalah dengan pembelajaran.  Wanita yang berprofesi juga sebagai dosen ini menambahkan memang fasilitas yang ada di perguruan tinggi negeri belum begitu baik untuk penyandang difabel, dibandingkan pergutruan tinggi swasta. 

Namun kekuarangan ini tidak menjadikan rachmawati luntur semangat. Dia menerakangkan dengan kekurangn itu, makin membuat dia bersemangat dan mencari jalan keluar agar bisa lulus dengan nilai terbaik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement