Jumat 14 Mar 2014 07:17 WIB

Unbraw Terima 20 Mahasiswa Baru Difabel

Red: Muhammad Hafil
 Perajin difabel asal Kota Solo, Ayu Tri Handayani (22) membatik kain dengan kakinya di pameran Gelar Batik Nusantara 2013, Jakarta, Rabu (17/7).   (Republika/Aditya Pradana Putra)
Perajin difabel asal Kota Solo, Ayu Tri Handayani (22) membatik kain dengan kakinya di pameran Gelar Batik Nusantara 2013, Jakarta, Rabu (17/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANAG --  Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, pada tahun akademik 2014/2015 menerima mahasiswa baru difabel melalui jalur seleksi program khusus penyandang disabilitas hanya 20 orang.

Sekretaris Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (UB) Malang Slamet Tohari, Jumat mengatakan kuota untuk mahasiswa difabel masih tetap 20 orang dan tersebar di berbagai program studi.

"Kuota 20 mahasiswa ini hanya yang dijaring melalui program khusus, artinya mereka hanya bersaing dengan sesama difabel. Sedangkan untuk jalur lain, seperti jalur mandiri dan Seleksi Mahasiswa Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SMNPTN) tetap dibuka, namun mereka harus berkompetisi dengan calon mahasiswa non-difabel," katanya, Jumat (14/3).

Ia mengatakan seleksi untuk mahasiswa difabel melalui jalur umum atau selain melalui jalur seleksi program khusus penyandang disabilitas (SPKPD) jumlahnya tidak dibatasi, yang terpenting mereka lolos tes secara akademik.

Menurut dia, setelah para difabel tersebut diterima sebagai mahasiswa di UB, mereka akan didampingi para relawan sebagai pembimbing sebelum menghadapi masa perkuliahan.

Tahun lalu, katanya, ada sekitar 40 calon mahasiswa difabel yang mendaftar, namun yang diterima juga hanya 20 orang. Mereka tersebar di sejumlah program studi (prodi), kecuali kedokteran.

"Pada awal dibukanya program ini cukup sulit untuk mendapatkan calon mahasiswa, sehingga kami harus bergerilya ke sejumlah sekolah luar biasa (SLB) maupun yayasan pendidikan anak cacat (YPAC) di beberapa daerah," ujarnya.

Namun, lanjutnya, setelah masyarakat mengetahui kalau Undraw menerima mahasiswa difabel, banyak yang mendaftar dan mengikuti seleksi. Hanya saja, kuotanya sangat terbatas, hanya 20 mahasiswa.

Slamet Tohari mengakui selama ini akses bagi penyandang cacat sangat minim, apalagi untuk menempuh pendidikan jenjang perguruan tinggi.

"Kami berharap ke depan tidak ada diskriminasi lagi terhadap para penyandang cacat ini. Kalau mereka mampu kenapa tidak kita fasilitasi dalam menyelesaikan pendidikan tingginya," tegasnya.

Universitas Brawijaya membuka akses bagi mahasiswa difabel mulai tahun 2012. Secara bertahap sarana dan prasarana untuk akses mahasiswa difabel tersebut juga terus dipenuhi, bahkan menjelang dimulainya perkuliahan, mereka juga didampingi dan dibimbing para relawan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement