REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Hari Pendidikan Nasonal yang jatuh tanggal 2 Mei seharusnya dinomorsatukan. Namun rasanya Setiap Hari Pendidikan Nasional sepi-sepi saja dan hanya diperingati dengan upacara saja.
''Memang dengan upacara kita dapat memperingati namun alangkah lebih baik kalau diselenggarakan acara yang lebih terkesan seperti halnya jika sekolah-sekolah memperingati hari Kartini yang selalu meriah,''kata Siswi Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Godean Rizan Meddina pada Republika, Jum'at (2/5) .
Dengan begitu, dia menambahkan, masyarakat, hususnya generasi Indonesia akan lebih memaknai hari pendidikan dan memahami pentingnya pendidikan. Karena itu, kata dia, Hari Pendidikan nasional tidak perlu libur, agar bisa digunakan untuk menyosialisasikan pendidikan lebih dalam.
Berbeda halnya dengan Mahasiswa Semester IV Jurusan Komunikasi Universitas Atmajaya Yogyakarta Shani Ramadhan dia tak tahu bahwa hari Jum'at ini (2/5) merupakan Hari Pendidikan Nasional. Karena menurut dia, setiap hari itu seharusnya merupakan Hari Pendidikan Nasional dan harus bermakna bagi peserta didik dan pendidik.
Menurut dia, sistem pendidikan di Indonesia selama ini kurang bermakna bagi peserta didik, karena sistemnya banyak satu arah, siswa hanya mengikuti yang disampaikan oleh guru. Seharusnya pendidikan yang bermakna itu karena di Indonesia ada beragam suku dan kesenjangan, maka karena kurikulumnya juga harus beragam.
Tolok ukuran keberhasilan pendidikan itu juga bukan hanya dengan UN (Ujian Nasional) saja. Tolok ukur dalam pendidikan nasional harus dilihat dari berbagai macam aspek berdasarkan indikator dan tingkat kemampuan siswa.
''Jadi dalam sistem pendidikan nasional itu jangan menuntut siswa itu menguasai segala macam pelajaran. Karena itu kurikulum pendidikan itu harus diubah,''kata dia.