Kamis 08 May 2014 17:32 WIB

Mendikbud: Harus Tetap Mengajar Walau Murid Hanya 8 Orang

Rep: dyah ratna meta novi/ Red: Taufik Rachman
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang
Foto: antara
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang

REPUBLIKA.CO.ID,SORONG--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, meski anak-anak yang bersekolah dalam satu kelas hanya terdapat delapan hingga 10 anak, mereka tetap harus diajar.

"Memang kalau di Papua satu kelas isinya hanya sekitar itu  bukan 30-40 seperti pada umumnya. Namun tidak boleh  menyalahkan mereka, justru harus dengan sabar melayani pendidikan bagi mereka," ujar Nuh memberi semangat pada para sarjana pendidik yang ditemuinya di SD SMP Satu Atap Ninjemor, Distrik Moi Segen, Kabupaten Sorong, Kamis, (8/5).

Makanya, terang Nuh, program  SM3T ini harus terus dilanjutkan. Kalau tidak ada para sarjana yang dikirim ke sana, lalu siapa yang akan memberikan pendidikan kepada anak-anak di daerah terpelosok.

Namun, ujar Nuh, sekarang keadaan sudah cukup berbeda. Pendidikan di Papua Barat dan Papua sudah mulai terlihat bangkit.

"Tadi saya lihat anak-anak menyambut kedatangan rombongan menteri pendidikan. Siapa tahu nanti ada anak-anak ini, dari Papua bisa menjadi presiden RI,"kata Nuh seraya tersenyum.

Tugas kita, terang Nuh, mengantarkan mereka sehingga mereka bisa bangkit dari  mata rantai ketidaktahuan, kemiskinan, menuju kebangkitan, kemajuan, dan kesejahteraan. "Saya paham para pendidik memang mendapat tantangan berat, termasuk rindu pada keluarga," terangnya.

Namun, kata Nuh, ia yakin rasa rindu itu terobati dengan pancaran jiwa anak-anak Papua yang semangat ingin terus belajar. "Saya yakin mereka juga ingin keluar dari  belenggu ketidaktahuan, bangkit jadi pemimpin bangsa Indonesia yang akan datang,"katanya.

Ketika anak-anak menyanyikan lagu Indonesia Raya tadi, ujar Nuh, semakin bermakna. Meskipun Papua jauh dari Jakarta, tapi mereka mempunya harapan terhadap Indonesia, mereka juga ingin menjadi pemimpin negeri ini.

"Maka mari kita beri  layanan pendidikan terbaik. Indonesia bukan hanya Jakarta, Jawa, Indonesia adalah NKRI dari Sabang sampai Merauke," ujar Nuh dengan suara bergetar.

Untuk menempuh SD SMP Satu Atap Ninjemor, Distrik Moi Segen, Kabupaten Sorong sendiri membutuhkan waktu dua jam karena jaraknya 40 KM dari Kota Sorong. Perjalanan ke sana melewati jalan berkelok naik turun dengan aspal yang rusak berat. Debu-debu mengepul menutupi jalan sehingga jarak pandang hanya sekitar dua hingga tiga meter.

Di sepanjang jalan jarang terlihat rumah penduduk, hanya terlihat padang rumput dihiasi semak belukar. Sapi-sapi bergerombol menikmati rumput yang menghijau.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement