REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Penidikan Doni Koesoema mengatakan, banyaknya anak Aceh yang tidak lulus UN patut dipertanyakan. Dalam kasus ini, ujar Doni, pertama yang harus diliiat adalah proses belajar mengajarnya.
"Apakah anak-anak itu masih trauma dengan bencana tsunami sehingga tidak bisa konsentrasi belajar, lalu bagaimana pendampingannya, apakah sudah menyebuhkan dari trauma,"ujarnya di Jakarta, Rabu, (21/5).
Selain prose pembalajaran seperti apa, terang Doni, hal lain yang perlu dilihat adalah sarana dan prasarana pembelajarannya. Sebab Aceh baru saja recovery, tentu sarana belum bisa sebaik daerah lain yang lebih maju.
"Saya minta Pemda Aceh untuk melihat dan memperbaiki fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan. Pemda juga harus meningkatkan mutu dan kualitas guru-guru di Aceh," kata Doni.
Doni menambahkan, agar anak-anak Aceh senang belajar, maka proses pembelajaran di dalam kelas juga harus menyenangkan.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, jika dibandingkan dengan hasil Ujian Nasional (UN) SMA tahun lalu, persentase kelulusan memang mengalami penurunan.
"Sebagai gambaran saja, terjadi penurunan persentase kelulusan sebesar 0,01 persen. Jumlah ini tidak signifikan," kata Nuh di Jakarta, Senin, (19/5).
Total siswa UN SMA yang tidak lulus tahun ini, terang Nuh, berjumlah 7.811 siswa. Mereka tersebar di seluruh sekolah di Indonesia. Namun, kata Nuh, jumlah peserta UN yang paling banyak tidak lulus itu berasal dari Aceh.
"Peserta UN yang tidak lulus di Aceh mencapai 785 siswa, meski dibandingkan tahun lalu sudah ada penurunan," katanya.