REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah Afrika Timur memiliki tingkat terendah di dunia dalam hal jumlah keikutsertaan penduduknya ke tingkat pendidikan universitas. Hal tersebut terlihat dari rendahnya kelompok usia 18-25 tahun penduduk di sana yang memiliki akses ke pendidikan universitas, yakni hanya 4,2 persen. Sementara sisanya 6,4 persen terdaftar di lembaga pelatihan non-universitas.
"Angka partisipasi ini tidak hanya yang terendah di Afrika, tapi juga terendah di dunia," kata sekretaris eksekutif Inter Universitas Dewan Afrika Timur (IUCEA) Profesor Mayunga Nkunya, kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif di Arusha yang merupakan Sekretariat Komunitas Afrika Timur, Ahad (1/6).
Wilayah Afrika Timur terdiri dari Tanzania, Kenya, Burundi, Uganda dan Rwanda. Keseluruhannya memiliki populasi sekitar 130 juta, di mana enam puluh persen terdiri dari kalangan usia muda. Demikian ditunjukkan oleh laporan IUCEA, Afrika Timur Community (EAC) dan Afrika Timur Business Council (EABC). Dalam laporan, sebanyak 720.000 siswa terdaftar di 178 universitas yang berbeda.
"Berdasarkan data, wilayah ini memiliki 112 institusi pendidikan tinggi dan perguruan tinggi tingkat menengah, dengan total 343.939 siswa," kata Nkunya. Angka tersebut, kata dia, mungkin terlihat baik untuk beberapa orang. Namun kenyataannya, Afrika Timur memiliki tinggi partisipasi pendidikan terendah di dunia Pendidikan. “Pejabat dan para pemangku kepentingan, serta pembuat kebijakan, harus mengatasi krisis ini," kata sang profesor.
Adapun penyebab rendahnya partisipasi ini menurut Nkunya salah satunya disebabkan gagalnya universitas-universitas dan lembaga-lembaga dalam promosi untuk menarik banyak calon pendaftar. Biaya yang tinggi juga besar pengaruhnya dalam menarik minat para calon mahasiswa di Kenya dan Uganda. Hal ini pula yang membuat angka putus sekolah di Afrika Timur naik.