REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Banten, menyatakan kurikulum pondok pesantren salafi maupun modern tak ada sama sekali mengajarkan faham radikalisme maupun kekerasan.
"Kita sejauh ini belum menemukan pondok pesantren (Ponpes) yang mengembangkan kurikulum faham radikalisme, seperti belakangan ini ramai dibicarakan gerakan 'Islamic State of Iraq and Syria' (ISIS)," kata Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Edi Purhedi, di Lebak, Selasa (12/8).
Edi mengatakan selama ini keberadaan pondok pesantren di Kabupaten Lebak cukup besar untuk mencetak bangsa yang beragama, berakhlak dan bermoral. Selain itu pondok pesantren juga membentuk karakter yang mencintai Tanah Air dan nilai-nilai empat pilar kebangsaan.
Pihaknya hingga kini, kata Edi, terus melakukan pembinaan di seluruh pondok pesantren salafi maupun modern untuk meningkatkan keilmuan keagamaan juga nilai-nilai kebangsaan. Untuk itu iamenjamin ponpes di Lebak tidak mengajarkan pemahaman radikalisme, seperti ISIS.
"Semua kurikulum ponpes itu mengacu pada keputusan pemerintah guna meningkatkan keilmuan agama dan cinta Tanah Air," katanya.
Edi mengungkap jumlah ponpes di Kabupaten Lebak tercatat 775 unit yang terdiri atas dan dikelola secara Salafi 754 unit dan 21 modern dan tersebar di 28 kecamatan. Seluruh ponpes yang ada dikelola oleh masyarakat dengan menggunakan kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Pendidikan ponpes Salafi mengutamakan pembelajaran nilai-nilai pendidikan keagamaan, seperti tafsir Al Quran, hadits, fiqih, bahasa Arab, akhlak, akidah dan sejarah Islam.
Namun, sistem pengajaran ponpes modern dipadukan dengan penerapan Bahasa Inggris.
"Kehadiran ponpes di Lebak dari tahun ke tahun dan pendidikan ponpes terus berkembang sesuai dengan tingkatanya," katanya.