REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Achmad Jazidie mengatakan, saat ini belum ada penambahan jumlah SMA Terbuka. "Jumlah SMA terbuka masih enam, belum ada penambahan lagi," katanya di Jakarta, Kamis, (13/8).
SMA Terbuka yang ada saat ini, antara lain SMAN 1 Narmada Lombok Barat, SMAN 1 Gambut Kabupaten Banjar, SMAN 12 Merangin, Jambi, SMAN 2 Padalarang, Bandung Barat, SMAN 1 Kepanjen Jawa Timur, dan SMAN 3 Sorong, Papua Barat. "Masing-masing SMA itu muridnya ditargetkan berjumlah 200 orang," kata Jazidie.
Total target dari enam SMA terbuka di Indonesia sebanyak 1200 siswa. SMA terbuka itu ditempatkan di daerah-daerah yang dinilai Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA-nya masih kurang.
Beberapa syarat untuk menjadi siswa di SMA Terbuka, kata Jazidie, antara lain dari daerah yang tertinggal, secara ekonomi juga kurang mampu. Anak yang mengikuti SMA terbuka biasanya juga dari keluarga yang kurang mampu sehingga memiliki keterbatasan waktu karena harus membantu ekonomi keluarganya.
Siswa SMA Terbuka, kata Jazidie, akan mendapatkan beasiswa sebesar Rp 1.250.000 per tahun. Beasiswa tersebut juga ditambah dengan pinjaman perangkat tablet untuk mempermudah siswa belajar.
Cara pembelajaran SMA Terbuka, terang Jazidie, 50 persen dilakukan melalui tatap muka. Sedangkan 50 persennya lagi dilakukan dengan secara jarak jauh dengan memanfaatkan konektivitas internet.
Pendaftaran SMA Terbuka, ujar Jazidie, bisa dilakukan secara online maupun datang langsung ke sekolah induk. Setiap siswa SMA Terbuka dari berbagai daerah bisa mengakses materi pelajaran yang ditawarkan dari mana saja di sekolah induk. Proses pembelajaran di SMA terbuka ini mirip dengan proses pembelajaran di Universitas Terbuka.