REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Darmaningtyas mengatakan, seharusnya Kemendikbud memikirkan nasib sekolah-sekolah terpencil di luar Jawa sebelum meminta mereka yang memesan buku Kurikulum 2013.
Konstruksi pemikirannya, ujar Darmaningtyas, seharusnya berdasarkan kondisi sekolah di luar jawa. Bayangkan kalau sekolah di tempat terpencil seperti sekolah di Sangir Talaud, Sulawesi Utara, atau Sekolah di Kei, Maluku, cara memesan buku ke percetakan bagaimana. Di sana, ia menambahkan belum tentu ada internet.
"Kalau sekolah terpencil harus pergi ke kota dulu, itu membutuhkan waktu bisa berhari-hari. Sebab mereka mesti menggunakan kapal yang belum tentu berlayar setiap hari, seharusnya pemikirannya sejauh itu,"kata Darmaningtyas, Rabu, (27/8).
Makanya, ujar Darmaningtyas, wajar kalau sekolah-sekolah terpencil di luar Jawa ada yang belum pesan buku. Sebab susah sekali buat mereka, apalagi di Indonesia masih terdapat 40 ribu desa yang belum memiliki listrik.
"Sekolah di desa yang belum memiliki listrik mau memesan buku secara online pakai apa? Listrik saja tidak ada, apalagi jaringan internet," kata Darmaningtyas.
Makanya, lanjut Darmaningtyas, sebelum mengeluarkan kebijakan, dipikirkan terlebih dulu segala aspeknya. Termasuk bagaimana cara sekolah terpencil mendapatkan buku Kurikulum 2013, jangan hanya melihat kondisi di Jawa saja yang sudah maju.