REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Badan Informasi Geospasial (BIG) mengukuhkan Profesor Riset-nya kembali setelah bertahun-tahun tidak ada regenerasi.
Setelah era Dr. Aris Poniman diangkat menjadi profesor riset pasa 2005 dan Dr. Fahmi Amhar pada 2010, akhirnya ada dua profesor di bidang serupa yang diangkat. Yaitu, Dr. Sobar Sutisna, M.Surv.Sc dan Dr. Dewayany, M.App.Sc.
“BIG mempunyai perhatian kepada penyelesaian batas wilayah negara dan daerah otonom, baik batas di darat, di laut dan juga di udara yang masih belum tuntas seluruhnya,” urai Dr Sobar saat memaparkan orasinya, Peran Geodesi dalam Pengembangan Informasi Geospasial bagi Integritas Wilayah NKRI, Jumat (5/9).
Lembaga pemerintah non-kementerian ini dinilainya berperan strategis dalam penyelesaian batas negara dan batas daerah. Lantaran Indonesia memiliki 530 lebih daerah otonom yang juga batas-batasnya belum terselesaikan.
“Cepat atau lambatnya sangat memerlukan dukungan profesi geodesi dan ketersediaan data geospasial yang handal guna mendukung kebijakan otonomi daerah dalam kerangka NKRI,” tegas Sobar.
Sistem Informasi Spasial pun dipercaya dapat menjawab kebutuhan ini. Lantaran sistem tersebut merupakan produk Iptek yang dapat mendukung perencanaan pembangunan yang kedepannya lebih diarahkan pada pembangunan berkelanjutan.
“Sistem ini mampu memvisualisasikan opsi-opsi kondisi sumber daya alam dan lingkungan serta opsi-opsi terbaik dalam pengelolaannya,” jelas Dewayany.
Bahkan inovasi iptek di bidang ini, diyakininya, dapat memperkuat Ina Geoportal hingga dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan pemanfaatan ruang kebumian dan berbagai konflik di dalamnya. Ia menyarankan agar pengembangan Sistem Informasi Spasial perlu terus dikuatkan seiring perkembangan global teknologi informasi geospasial.