REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Penggagas metode matematika nalariah, Ridwan Hasan Saputra menilai pembelajaran matematika dengan sistem kurikulum sebelumnya lebih bagus ketimbang kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, pembelajaran matematika pada tingkat SD mengalami perubahan karena menggunakan pendekatan tematik integratif, yaitu mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang diikat dalam suatu tema.
"Matematika versi kurikulum 2013 digabung ke tematik. Padahal, konsep matematika dasar pada anak harusnya dikuatkan terlebih dahulu. Dalam kurikulum baru ini, anak belum cukup paham konsep, misalnya mengubah pecahan ke desimal. Sayangnya, mereka sudah langsung diminta mengaplikasikan," ujar Ridwan kepada Republika, Rabu (24/9).
Kurikulum 2013 disebut juga Pendidikan Berbasis Karakter yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter siswa. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum baru yang dicetuskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peraih Tokoh Perubahan Republika 2013 ini menilai matematika di KTSP lebih nyata. Anak harus mempunyai kemampuan matematika dasar yang kuat, baru mengaplikasikannya ke arah tematik atau lini kehidupan di jenjang pendidikan berikutnya. Saat ini media sosial sedang heboh, menyusul pemberitaan tentang tugas matematika seorang siswa SD bernama Habibi yang mendapat ponten merah dari gurunya. Persoalannya sederhana, Habibi menuliskan bahwa 4+4+4+4+4+4 = 4x6, yang kemudian disalahkan sang guru karena jawaban yang benar adalah 6x4.
Kakak Habibi, M Erfas Maulana yang juga mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di Semarang itu memosting jawaban adiknya di media sosial. Sontak saja postingan Erfas menuai berbagai argumentasi, mulai dari netizen, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga sejumlah profesor ahli.